REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi pendidikan Itje Chodidjah menyebut butuh perencanaan holistik untuk memanfaatkan alokasi anggaran pendidikan di Indonesia. "Perencanaan holistik harus segera dilakukan. Kalau tidak akan tambal sulam," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (5/4).
Itje menuturkan, alokasi anggaran pendidikan tidak hanya dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Aloaksi 20 persen APBN atau sekitar Rp 461 triliu untuk pendidikan terbagi pada sejumlah kementerian dan lembaga. Menurut Itje, besarnya alokasi anggaran itu harus disertai program yang berdampak pada tujuan akhir pendidikan, yakni meningkatkan kualitas anak didik. Ia mempertanyakan, apakah alokasi anggaran yang ada sudah meratakan standar pendidikan di seluruh Indonesia.
Itje mengapresiasi permintaan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk menyisihkan sebagian dari alokasi anggaran pendidikan untuk dana abadi pendidikan. Ia beranggapan, permintaan presiden merupakan bukti, pendidikan masih membutuhkan penanganan yang sangat banyak dari berbagai aspek. "Kalau menurut saya, bagaiaman budget itu diwujutkan dalam kegiatan yang memberikan dampak itu," jelasnya.
Itje pesimistis penyisihan anggaran pendidikan efektif meningkatkan kualitas pendidikan. Sebab, menurutnya niat membangun sesuatu harus diikuti perbaikan di segala sisi.
Ia menyontohkan, banyak dosen yang mendapat beasiswa sekolah di luar negeri, tetapi belum berdampak pada kehidupan masyarakat. Ia mengingatkan perbaikan kualitas pendidikan, berujung pada perbaikan kualitas masyarakat.
"Disisihkan dari dana pendidikan berapapun besarnya, kalau tidak dilakukan perencanaan secara holistik satu sama lain, maka akan sulit memastikan dana itu berdampak yang maksimal," tutur Itje.