REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menurut Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Pendis Kemenag M Nur Kholis Setiawan mengatakan Ujian Nasional 2016 berbeda dengan ujian nasional 2017.
Ujian nasional 2017 tidak menjadi dasar kelulusan dan dampaknya merubah pola pikir siswa. "Kelulusan saat ini sepenuhnya ditentukan oleh satuan pendidikan, ini tentu berpengaruh dengan perubahan pola pikir siswa seperti yang tadinya merasa takut dan gagal karena nilai jelek, malah justru semakin optimis sehingga prestasi pun meningkat," jelas dia kepada //Republika//, Senin (10/4).
Selain itu Nur Kholis menilai setelah berubahnya kegunaan UN, praktik kecurangan yang terjadi semakin berkurang. Tahun ini sebanyak 423.801 peserta didik mengikuti ujian nasional serempak baik ujian nasional berbasis pensil (UNBP) dan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
Berbeda dengan sekolah umum, mata pelajaran yang diujikan pun lebih banyak. Jika di sekolah umum hanya pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika dan satu pelajaran pilihan seperti IPA (Biologi, Fisika dan Kimia), IPS (Ekonomi, Geografi dan Sosilogi), dan bahasa (sastra indonesia, antropologi dan bahasa asing), maka di madrasah ditambah pelajaran keagamaan seperti tafsir, hadis dan fiqih.
Namun demikian peserta ujian nasional MA selama lima tahun terakhir mengalami peningkatan jumlah. Tahun 2017 peserta bertambah 13,62 persen atau 50.807 siswa dibandingkan tahun 2016.