REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Sebanyak 25 siswa SMA Negeri 30 di Kecamatan Cihurip, Kabupaten Garut, Jawa Barat, menggelar ujian nasional di tenda darurat karena ruang kelas sekolah yang baru dibangun 2015 ambruk.
"Siswa terpaksa ujian di tenda karena tidak ada ruangan lagi," kata Kepala SMA Negeri 30 Garut, Dede Kustoyo kepada wartawan di Garut, Selasa (11/4).
Ia menuturkan, peserta ujian nasional itu melaksanakan ujian di dua tenda yang disediakan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat sejak, Senin (10/4). Dede mengatakan, tiga ruang kelas yang ambruk Selasa (4/4) itu tidak dapat digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, maupun pelaksanaan ujian.
"Kondisinya masih berserakan, tidak dapat digunakan untuk ujian, sehingga terpaksa ujiannya pindah di dalam tenda," katanya.
Ia mengatakan, kondisi sekolah yang memprihatinkan itu tidak menjadi patah semangat para siswa untuk menyelesaikan ujian nasional secara tertulis. Dede optimistis dengan pelaksanaan ujian yang terbatas itu para siswanya dapat lulus dengan hasil ujian yang memuaskan.
"Walau dalam tenda panas dan membuat siswa tidak nyaman, tapi saya optimis siswa bisa lulus semuanya," kata Dede.
Ia berharap, pemerintah dapat segera memperbaiki bangunan SMA Negeri 30 Garut yang lebih nyaman, aman dan kondisinya kuat bertahun-tahun. Pemerintah, lanjut dia, dapat secepatnya memperbaiki sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan baik dan nyaman.
"Yang saya pikirkan setelah ujian ini, karena banyak siswa kelas 1 dan 2 yang akan belajar, jadi kami harap kondisi sekolah ini tidak dibiarkan lama," katanya.
Sebelumnya, tiga ruang kelas sekolah tersebut tiba-tiba ambruk sesaat setelah hujan mengguyur wilayah itu. Sekolah yang dibangun 2014 sampai 2015 itu diduga atap baja ringannya tidak kuat menahan beban sehingga menyebabkan atap kelas ambruk.
Peristiwa tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, karena siswa maupun guru sudah tidak melakukan kegiatan bejalar di kelas itu.