REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Bidang Humas, Riset dan Informasi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Pusat Indra Laksana mengatakan masyarakat Indonesia masih lebih banyak memilih buku fisik daripada buku digital atau e-book.
"Penjualan e-book masih jauh. Riset yang dilakukan IKAPI pada 2016, rata-rata e-book yang diunduh adalah yang gratis. Kalau harus membeli, masyarakat masih memilih buku fisik," kata Indra, Rabu (26/5)
Indra mengatakan tren buku digital di dunia juga sebenarnya masih rendah. Di Amerika Serikat misalnya, buku digital memang sempat menjadi tren. Namun, masyarakatnya kemudian memilih kembali ke buku fisik. Hal itu, menurut Indra, disebabkan kebiasaan membaca buku yang berbeda dengan membaca berita di koran. Masyarakat bisa lebih nyaman membaca berita di media digital, tetapi ternyata tidak untuk membaca buku. Karena itu, saat memerlukan bacaan yang mendalam dan lengkap, buku fisik masih menjadi pilihan.
"Menurut riset di Amerika Serikat, ternyata ada sensasi membaca buku fisik yang belum bisa digantikan oleh media digital, misalnya sentuhan tangan untuk membalikkan halaman, bau atau aroma buku dan interaksi mata yang berbeda antara buku dan layar," tuturnya.
Meskipun buku fisik belum tergantikan oleh buku digital, tetapi Indra mengakui interaksi masyarakat dengan internet cukup banyak berpengaruh terhadap penurunan penjualan buku.
"IKAPI melihat minat baca meningkat, tetapi interaksinya sudah multimedia bukan hanya buku. Ada peningkatan minat baca tetapi berbasis daring," katanya.
Indra mengatakan materi-materi yang ada pada buku saat ini lebih mudah ditemukan di internet. Dengan kata kunci di mesin pencari, informasi yang diperlukan sudah terpampang di layar komputer atau perangkat genggam tanpa perlu buku dan membolak-balikkan halamannya.
Karena itu, bila dilihat dari sisi penerbit konvensional, Indra mengatakan volume penerbitan dan jumlah toko buku mengalami penurunan.