REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Sastrawan legendaris Indonesia Taufiq Ismail mengaku ingin membangkitkan sastra pelajar. Saat ini, ia menilai menurunnya tingkat literasi mereka dewasa ini.
Taufiq Ismail mengaku miris dengan menurunnya tingkat literasi pelajar Indonesia belakangan ini. "Dahulu, saat saya masih muda, siswa SMA sederajat diwajibkan menamatkan 25 judul buku dan membuat 108 karangan selama tiga tahun masa sekolah," katanya di Malang, Sabtu (29/4).
Taufiq Ismail mengemukakan hal itu di sela acara "Cangkrukan Multidipliner Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Gazebo Forum yang digelar di area gazebo perpustakaan pusat kampus itu, Sabtu (29/4). Sastrawan bergelar Datuk Panji Alam Khalifatullah ini memberi apresiasi pada UMM Gazebo Forum sebagai wahana penguatan literasi.
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Humas UMM dengan program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dalam rangka memperingati Hari Puisi Nasional yang jatuh pada 28 April. Acara ini selanjutnya dirangkai dengan lomba cipta puisi dan baca 1000 puisi oleh siswa SMA sederajat se-Jawa Timur yang digelar malam harinya.
Di forum ini, Taufiq Ismail mengeluarkan "unek-uneknya" tentang dunia literasi sastra. Indonesia, lanjutnya, terhitung sudah separuh abad menderita akibat miskin membaca. "Paradigma baru yang berkembang sekarang mengarahkan pelajar lebih banyak gandrung pada media sosial. Kebijakan terbaru, siswa SD diwajibkan menamatkan 3 judul buku sastra selama masa sekolah, SMP 6 judul buku, dan SMA 15 judul buku. Tapi nyatanya, ini jauh dari tercapai, bahkan 0 buku yang dibaca siswa. Ini menyedihkan sekali," ujar pria kelahiran Bukittinggi ini.