Selasa 13 Jun 2017 13:50 WIB

Mendikbud Yakin Sekolah Lima Hari Sepekan tak Bebani Murid

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andri Saubani
Mendikbud Muhadjir Effendy menyalami peserta usai membuka MTQ Anak Yatim di Istana Negara, Jakarta, Senin (12/6).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Mendikbud Muhadjir Effendy menyalami peserta usai membuka MTQ Anak Yatim di Istana Negara, Jakarta, Senin (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, meyakini sekolah lima hari dalam sepekan tak akan membebani murid-murid. "Insya Allah tidak (jadi beban murid)," kata dia di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (13/6).

Kendati demikian, ia tidak menampik saat ini sudah ada salah persepsi terhadap kebijakan lima hari sekolah atau program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Ia memastikan, kebijakan ini tidak akan membuat siswa belajar selama delapan jam di dalam kelas. Sebab, jam belajar tetap mengacu pada kurikulum 2013 (K-13).

Penambahan jam akan diperbanyak untuk kegiatan kokurikuler dan kurikuler sebagai pemenuhan dari visi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia menuturkan, Presiden Jokowi telah menetapkan adanya upaya pembentukan karakter dan penanaman budi pekerti pada jenjang SD dan SMP.

"Itu usahakan 60-70 persen (PPK). Sehingga kegiatan transfer pengetahuan yang dilakukan guru sekitar 30 persen saja. Sisanya hanya aktivitas murid di dalam membentuk karakter yang bersangkutan," ujar dia.

Mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengatakan, program PPK menyasar sejumlah karakter prioritas untuk diterapkan pada anak, yakni keagamaan atau religius, gotong royong, integritas, jujur, tidak intoleran.

"Saya tegaskan delapan jam itu tidak berarti anak ada di kelas. Tapi di lingkungan sekolah. Bahkan di luar sekolah, yang penting tetap menjadi tanggung jawab sekolah," ujar dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement