REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana menetapkan lima hari bersekolah per delapan jam sehari dalam sepekan mulai ajaran baru 2017/2018. Namun, hingga kini rencana tersebut masih menuai prokontra dari beberapa pihak.
Pakar pendidikan Arief Rachman menilai kebijakan bersekolah lima hari dalam sepekan tidak menjadi masalah besar dan dinilai lebih baik. Asalkan, diikuti dengan manajemen sekolah yang baik dalam merancang program dan jadwal pelajaran.
Misalnya, ungkap Arief, pelajaran yang dinilai rumit dan susah bisa disimpan di pagi hari, dan pelajaran yang ringan disimpan di siang hari. "Saya pikir kalau orang tua yang kerjanya lima hari itu akan jadi sangat efektif dan lebih baik juga dengan adanya kebijakan itu,," kata Arief saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/6).
Terkait psikologi anak menghadapi pembelajaran fullday, ungkap Arief, itupun tidak akan menjadi soal jika manajemen para pendidik dalam menyampaikan pelajaran dikemas dengan menyenangkan. Dengan membuat inovasi dalam pembelajaran atau kegiatan baru disukai anak-anak. "Jadi, manajemen sekolahnya harus dirancang begitu," kata Arief.
Diketahui, Kemendikbud berencana menerapkan kebijakan lima hari sekolah per delapan jam sehari dalam sepekan, sebagai implementasi dari program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).