REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Pemkab Purwakarta akan berlakukan kebijakan setiap sekolah harus berbasis alam. Kebijakan ini, berlaku mulai tahun ajaran baru 2017/2018. Dengan sekolah berbasis alam ini, diharapkan lembaga pendidikan tersebut bisa lebih melahirkan generasi cerdas berkarakter, serta tak melupakan alamnya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi mengatakan, alam merupakan laboratorium terbesar yang pernah ada. Semuanya dibisa digali, diteliti, dan dipelajari. Dengan memelajari alam, maka para akan kaya raya dengan ilmu pengetahuan. Karena itu, sekolah di Purwakarta mulai ajaran baru harus kembali ke alam.
"Dengan dikenalkannya alam kepada pelajar, diharapkan mereka bisa mencintai lingkungannya. Minimal kebersihan lingkungan mereka tinggal tetap dijaga," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Ahad (18/6).
Menurut Dedi, saat ini, memang sejumlah sekolah sudah menggalakan untuk kembali ke alam. Yakni, ada yang berbasis pertanian, perkebunan dan peternakan. Jadi, anak-anak dididik untuk belajar menanam padi, sayur mayur, serta beternak hewan.
Bahkan, sekolah yang tak memiliki lahan luas, anak-anaknya diharuskan membawa pohon sayur mayur untuk ditanam di pot. Seperti, pohon cabai, tomat, bawang merah dan lainnya. Dengan kondisi ini, diharapkan anak-anak gemar bercocok tanam dan beternak.
Jika anak-anak tak diajarkan mengenai alam sejak dini, lanjut Dedi, ke depannya akan repot. Sebab, mereka hanya akan tahu hasil, tanpa merasakan prosesnya. Maksudnya, anak-anak hanya akan tahu memakan nasinya. Tanpa mereka tahu bagaimana panas dan getirnya menjadi petani, saat mulai menggarap lahan hingga panen. "Kita ingin anak-anak ini menghargai proses. Jangan sampai mereka jadi generasi konsumtif," ujar Dedi.
Sekertaris Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta Purwanto mengatakan, saat ini sudah banyak sekolah yang setiap Hari Rabu belajar di luar kelas. Yaitu, gurunya mengajak anak-anak untuk bermain di taman, sawah, kebun dan lainnya. "Mereka sudah belajar di alam sekali dalam sepekan," ujarnya.