REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Wakil Wali Kota Mataram Mohan Roliskana mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan di lingkungan sosial dan pendidikan. Dia menyampaikan hal itu karena radikalisme dan terorisme saat ini terindikasi masih menyasar pelajar dan anak muda sehingga harus diantisipasi.
"Masalah ini menjadi tanggung jawab kita bersama, baik unsur pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat dan orang tua," kata Mohan kepada sejumlah wartawan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Ahad (9/7).
Ia mengatakan, dengan berbagai cara yang dilakukan para pelaku membujuk pelajar agar mau mengikuti aktivitas mereka. Karena itu, dia berharap semua unsur bisa bersama-sama mengawasi pola laku tingkah pelajar dan anak muda saat ini.
Ancaman yang diberikan oleh para pelaku teroris ini cukup banyak. Tidak hanya merusak mental anak-anak muda dengan ajaran-ajaran radikalisme tetapi juga merusak mental anak-anak dengan narkoba dan perilaku budaya bebas.
"Karena itu, proses keingintahuan anak-anak tentang agama harus diberikan dengan wawasan dan edukasi yang baik. Jangan memberikan mereka edukasi yang bisa merugikan generasi muda," kata Mohan.
Menurut Mohan, pelajar yang sering kali menjadi sasaran empuk para teroris untuk memberikan pelajaran radikalisme adalah pelajar yang terkesan pendiam dan menutup diri. Sementara tenaga guru memiliki keterbatasan dalam mengawasi siswa 24 jam sehingga harus ada pola interaksi dan korelasi yang baik dalam melihat pola kembang anak.
"Kecenderungan anak-anak yang terisolasi, tidak memiliki kemampuan berinteraksi atau asosial punya kelemahan sehingga mudah dipengaruhi," kata dia.
Karena itu, peran dari guru, orang tua dan lingkungan sosial lainnya, sangat penting agar anak-anak asosial itu tidak menjadi sasaran terorisme. "Peran dan kendali orang tua dan keluarga dalam hal ini sangat penting, karena merekalah yang paling dekat dengan anak-anak mereka," ujar dia.