Senin 10 Jul 2017 17:35 WIB

Hari Pertama Sekolah Diwarnai Penyegelan

Sejumlah siswa-siswi murid baru kelas 1 mengikuti apel pada hari pertama masuk sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pejaten Barat 10 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (10/7). (Ilustrasi)
Foto: Mahmud Muhyidin
Sejumlah siswa-siswi murid baru kelas 1 mengikuti apel pada hari pertama masuk sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pejaten Barat 10 Pagi, Jakarta Selatan, Senin (10/7). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Sejumlah warga menyegel dua sekolah dasar negeri di Kota Pekanbaru, Riau, pada hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2017/2018, Senin (10/7). Penutupan pintu gerbang SDN 78 dan SDN 90 itu dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan warga sekitar yang anak-anak mereka tidak diterima di sekolah tersebut.

Warga memasang rantai dan digembok dipintu gerbang sekolah di Jalan Dahlia Keluarahan Tangkerang Timur, Kecamatan Tenayan Raya itu. Karena kedua sekolah itu menyatu pada satu gedung, penyegelan pintu gerbang membuat aktivitas belajar-mengajar tidak bisa dilaksanakan.

Selain menyegel pintu gerbang sekolah, warga juga menempelkan selebaran bertuliskan kekecewaan. Salah satu selebaran bertuliskan: "Anak kami butuh sekolah, baru masuk SD saja susah apalagi ke atasnya. Tapi katanya wajib belajar!!"

Tidak jelas siapa warga yang melakukan penyegelan, namun sejumlah ibu yang kecewa dengan kebijakan sekolah terlihat berada di lokasi. "Warga memohon agar anak-anak setempat yang sudah cukup umur diterima sekolah, tapi kenyataannya yang tak cukup umur malah terima padahal anak dari luar," keluh seorang warga, Lina.

Ia mengatakan banyak warga yang tinggal di sekitar sekolah tersebut tidak bisa menyekolahkan anak mereka ke SDN 78 dan SDN 90. Padahal, mayoritas warga tersebut berasal dari keluarga kurang mampu dan sangat berharap anak mereka mendapat kemudahan.

Menurut Lina, warga sudah menyuarakan aspirasi mereka ke Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru pada Sabtu lalu (8/7). Sebabnya, sudah ada Surat Keputusan Wali Kota Pekanbaru tentang Penerimaan Siswa Baru yang menyatakan bahwa anak-anak kurang mampu dan anak-anak yang tinggal di sekitar sekolah negeri mendapat prioritas untuk diterima di institusi pendikan.

"Dari dinas pendidikan juga sudah kasih solusi, tapi dari sekolah kami hanya dikasih harapan. Sekolah kasih kami PHP, pemberi harapan palsu, tentu saja kami sangat kecewa," kata dia.

Ia mengatakan baru kali ini warga sekitar sekolah kesulitan menyekolahkan anak mereka di sekolah tersebut. "Tahun-tahun sebelumnya tidak pernah seperti ini. Warga di sini bukan orang berada, jadi susah untuk menyekolahkan ke sekolah swasta," kata Lina sambil berharap sekolah tersebut membuka satu kelas lagi untuk menampung anak-anak setempat.

Kepala SDN 90 Indrawita mengatakan sudah melakukan proses penerimaan siswa baru sesuai ketentuan yang berlaku. Ia menyatakan, sudah memberikan porsi hingga 50 persen untuk anak-anak disekitar sekolah itu.

"Kuotanya sudah diatur sesuai ketentuan, tapi anak-anak tempatan di sini jumlahnya terlalu banyak," kata Indrawita.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement