REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Poltekkes Kemenkes Surakarta merupakan satu-satunya perguruan tinggi di Indonesia yang memiliki Jurusan Jamu. Ketua Jurusan Jamu Poltekkes Kemenkes Surakarta, Indarto mengatakan, pembentukan jurusan yang dipimpinnya tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan tradisional, melainkan juga untuk memelihara tradisi bangsa.
Pasalnya, jamu merupakan kekayaan budaya bangsa yang harus dipelihara dari waktu ke waktu. “Maka dari itu kami memiliki empat kompetensi jurusan yang harus dikuasai oleh para peserta didik,” kata Indarto kepada Republika beberapa waktu lalu.
Pertama, mahasiswa harus mampu mengenal tanaman obat, mengolah dan meracik obat, serta mengetahui kandungan dan kegunaannya. Kedua memberikan pelayanan kesehatan tradisional pada masyarakat. Ketiga memberikan pendidikan kesehatan jamu pada masyarakat. Keempat melakukan penelitian terhadap jamu dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak berdiri pada 2011, saat ini sudah ada tiga angkatan Jurusan Jamu yang mendapatkan surat tanda registrasi (STR) dari Kementerian Kesehatan. Dengan begitu mereka bisa membuka praktik mandiri sebagai tenaga kesehatan tradisional.
Setiap tahunnya Jurusan Jamu melulusan 100 ahli madya. Namun hingga saat ini kebanyakan dari mereka bekerja di industri jamu, klinik kecantikan, dan balai pengembangan obat-obatan tradisional di Tawangmangu.
Indarto berharap ke depannya lulusan Jurusan Jamu bisa semakin banyak berkontribusi di bidang pelayanan kesehatan. Baik di Puskesmas, rumah sakit, maupun klinik yang langsung bersinggungan dengan masyarakat.
Sebagai wujud tridharma perguruan tinggi, mahasiswa juga diwajibkan untuk membuat produk-produk jamu baru. Bahkan menurut Indarto, mahasiswa Jurusan Jamu mampu menghasilkan paling tidak 20 produk baru setiap tahunnya.
Kebanyakan berupa produk kecantikan dan kebugaran, seperti lotion, shampo, sabun, dan masker. Produk-produk tersebut kemudian dipamerkan dalam beberapa agenda kesehatan dan tidak jarang laku dibeli para pengunjung pameran.