REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Sopan Adrianto mengatakan perundungan atau bullying yang dilakukan sejumlah pelajar di Thamrin City, Jakarta Pusat, berawal dari saling ledek di percakapan melalui telepon seluler (ponsel). Selanjutnya, mereka memutuskan bertemu di Thamrin City.
"Di situ kejadiannya. Intinya adalah peristiwa itu nggak ada kaitan dengan Masa Pengenalan lingkungan sekolah atau MPLS," ujar Sopan ketika dihubungi wartawan pada Selasa (18/7).
Sopan menuturkan orang tua pelaku, korban, dan pelakunya sudah dipanggil. Ia menuturkan semua sudah menceritakan duduk perkara.
Menurut dia, pelaku perundungan atau bullying tersebut merupakan murid sekolah menengah pertama (SMP) sedangkan korbannya murid sekolah dasar (SD). Pelaku dan korban juga saling mengenal. "Korban dan pelaku dulunya di SD yang sama," kata dia.
Sebelumnya, sebuah video yang memperlihatkan sejumlah pelajar melakukan bullying terhadap siswa lain menyebar melalui media sosial. Terkait kasus ini, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat bukan hanya meminta pelaku dikeluarkan dari sekolah.
Djarot juga sudah meminta Dinas Pendidikan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memeriksa apakah pelaku bullying tersebut menerima Kartu Jakarta Pintar (KJP).
"Kalau dia menerima KJP itu keterlaluan, cabut. Tadi pagi sudah melapor ke saya, itu sudah dilakukan," kata dia.
Sopan mengatakan pelaku bullying sudah dikeluarkan dari sekolah atau dikembalikan ke orang tuanya. Bagi pemegang KJP, Sopan mengatakan, kartu tersebut akan dicabut.
"Kalau enggak salah tiga apa, ya. Nanti saya cek," kata dia.Para pelajar yang terlibat dalam perundungan itu akan menjalani pemeriksaan kepolisian. Pantauan Republika di Mapolsek Tanah Abang tampak pula guru mendampingi pemeriksaan tersebut. Polsek Metro Tanah Abang akan menindaklanjuti laporan atas keluarga korban, SB.