REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Panitia Pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia Bachtiar Effendy mengatakan, perumusan kurikulum untuk universitas tersebut sudah 90 persen selesai. Secara keseluruhan, Universitas Islam Internasional Indonesia akan memiliki tujuh fakultas namun pada tahun pertama tiga fakultas terlebih dahulu yang diluncurkan.
"Tiga fakultas itu yakni Kajian Islam, Humaniora, dan Ilmu Sosial," ujar Bachtiar yang ditemui usai rapat di Kantor Wakil Presiden, Rabu (19/7).
Bachtiar menjelaskan, untuk tahun pertama rencananya ada dua prodi yang dibuka dan proses pendaftaran serta sosialisasi akan dimulai pada Januari 2018. Sementara, proses perkuliahan rencananya akan dimulai pada pertengahan 2018.
Menurut Bachtiar, universitas ini nantinya tidak hanya sebagai tempat belajar saja namun juga lembaga penelitian dan pusat kebudayaan serta tempat tukar pikiran khususnya pemikiran islam di Indonesia yang moderat. Universitas Islam Internasional Indonesia ini akan mendatangkan dosen-dosen yang sebagian besar berasal dari luar negeri. Tak hanya itu, universitas tersebut juga membuka kesempatan bagi mahasiswa dari negara lain yang ingin belajar mengenai islam.
"Kita harus merumuskan ini secara sungguh-sungguh, kita perlu waktu cukup banyak karena harus konsultasi dengan banyak orang," kata Bachtiar.
Tim Pendirian Universitas Islam Internasional Indonesia menghabiskan waktu sekitar 2,5 tahun untuk menyusun kurikulum. Rencananya, Desember 2017 ini perumusan kurikulum sudah selesai.
Sementara itu, Komite Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat mengatakan, persiapan pembangunan universitas tersebut berjalan dengan baik. Dalam waktu dekat akan diadakan diskusi untuk review kurikulum bersama dengan para ahli dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Berikutnya kalau Satker sudah terbentuk, kami bisa melangkah lebih definitif," kata Komaruddin.
Komaruddin menjelaskan, pengajaran yang dilakukan di universitas tersebut nantinya akan memiliki muatan lokal yang kental dan ada muatan pengenalan regional. Misalnya, politik Amerika berbeda dengan Eropa. Namun warna regionalnya tetap harus dikenalkan kepada para mahasiswa.
"Warna regionalnya tetap harus ada dan dikenalkan, basic epistemologis-nya semua sama," ujar Komaruddin.
Sedangkan, risetnya yakni lebih kepada product knowledge yakni ilmu pengetahuan yang berdasarkan riset. Untuk tahun pertama rencananya Universitas Islam Internasional Indonesia akan meneriima 100 orang pelamar. Ada tujuh fakultas yang dibangun di universitas ini yakni Fakultas Islamic Studies, Politik, Sejarah, Pendidikan, serta Ekonomi dan Keuangan.
Pembangunan Universitas Islam Internasional Indonesia mendapatkan apresiasi dari Australian Special Envoy to the Organization of Islamic Cooperation Ahmed Fahour. Menurutnya, pembangunan universitas ini sangat visioner dan sangat penting bagi komunitas muslim global. Universitas ini tidak hanya mengangkat dari sisi akademik saja, namun juga ada nilai budaya dan kewirausahaan.