REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- 175 siswa asal SMAN 1 Campaka, Kabupaten Purwakarta, berhasil membudidayakan bibit padi varietas Manohara. Dari areal persawahan 6.000 meter ini, para siswa itu mampu menghasilkan lima kuintal gabah kering pungut (GKP). Gabah tersebut, ke depannya akan diolah menjadi padi kualitas premium.
Kepala SMAN 1 Campaka, Nur Aisah Jamil, mengatakan, 175 siswa tersebut merupakan pelajar yang konsen di ekstrakurikuler pertanian. Mereka, sudah menanam padi sejak tahun lalu. Adapun panen kali ini, merupakan yang keempat kalinya. "Jadi, anak-anak ini sudah empat kali tanam dan panen," ujarnya, kepada Republika.co.id, Selasa (25/7).
Awalnya, lanjut Nur Aisah, gabah yang dihasilkan pelajar ini diolah untuk dijadikan beras super. Beras tersebut, dijual ke pasaran dengan kemasan lima kilogram. Adapun harganya Rp 60 ribu per lima kilogram.
Akan tetapi, hasil panen kali ini gabahnya tidak akan dijual dulu. Melainkan, disimpan dalam leuit (lumbung) padi. Bila lumbungnya sudah penuh, baru gabah tersebut diolah untuk dijadikan beras.
Selain padi, lanjutnya, para pelajarnya juga berhasil membudidayakan palawija. Seperti, timun, cabai rawit,kangkung, kacang panjang dan lainnya. Pernah dalam satu kali panen, uang yang dihasilkannya mencapai Rp 7 juta. "Uang tersebut, kita pergunakan untuk kegiatan OSIS," ujarnya.
Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi terus mendorong supaya sekolah-sekolah ini lebih mengaplikasikan praktik ketimbang teori. Makanya, sekolah di Purwakarta terus dipacu untuk berbasis lingkungan. Salah satunya, sekolah berbasis pertanian.
"Dengan adanya lahan persawahan ini, anak-anak punya laboratorium berbasis alam. Sehingga, mereka bisa dengan mudah praktik di lapangan," ujarnya.
Karena itu, pihaknya sangat mengapresiasi terhadap kinerja guru dan kepala sekolah di SMAN 1 Campaka, yang telah berhasil mengembangkan sektor pertanian. Selain anak-anak punya ilmu, mereka juga mendapatkan penghasilan dari keringatnya sendiri.