Rabu 16 Aug 2017 21:47 WIB

Kemdikbud Targetkan Pendidikan Berkualitas untuk Masyarakat

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy menjadi pemimpin upacara di Sekolah SDN 13 Grogol Selatan, Jakarta, Senin (14/8).
Foto: Mahmud Muhyidin
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Muhadjir Effendy menjadi pemimpin upacara di Sekolah SDN 13 Grogol Selatan, Jakarta, Senin (14/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menargetkan peningkatan akses pendidikan yang merata dan berkualitas untuk mengurangi kesenjangan di masyarakat.

"Sesuai arahan Presiden(Joko Widodo), target di sektor pendidikan kita bukan sekadar pemerataan akses pendidikan, tapi juga pemerataan yang berkualitas. Kami terus lakukan upaya-upaya untuk mempercepat hal tersebut," ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy di Jakarta, Rabu (16/8).

Muhadjir menjelaskan sejak tahun 2015, Program Indonesia Pintar (PIP) telah membantu lebih dari 17,9 juta anak usia sekolah yang berasal dari keluarga miskin, rentan miskin, di seluruh Tanah Air.

Sebagai program prioritas pemerintah, Kemendikbud memastikan percepatan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan pencairan dana manfaat PIP dilakukan secara tepat sasaran, tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, dan tepat administrasi.

Pemadanan Basis Data Terpadu (BDT) dengan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) akan dilakukan secara berkala setiap tahun untuk mengakomodasi pembaruan data yang dinamis. Sedangkan untuk mempercepat penyaluran KIP tambahan bagi siswa yatim piatu dan prioritas lainnya, sepanjang tahun 2017, sebanyak 48.685 siswa di berbagai wilayah di Tanah Air mendapatkan KIP langsung dari Presiden Joko Widodo (data per 14/8/2017).

Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa sejak Juli 2017, KIP yang dibagikan akan berbentuk kartu elektronik yang dapat digunakan di anjungan tunai mandiri (ATM) sehingga memangkas proses pencairan dana manfaat PIP.

"Kami bekerja sama dengan bank penyalur, serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia tersebut untuk menyalurkan KIP," ujarnya.

Kemdikbud juga meningkatkan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebesar 1,3 poin dari 68,9 pada tahun 2014 menjadi 70,18 pada tahun 2016. Kontribusi pendidikan dalam peningkatan IPM tersebut disebabkan oleh peningkatan rata-rata harapan lama sekolah dari 12,39 tahun pada 2014, menjadi 12,72 tahun pada 2016.

Indikator lainnya adalah rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas yang meningkat dari 7,73 tahun menjadi 7,95 tahun. Jika dihitung seluruh penduduk usia dewasa (15 tahun ke atas), rata-rata lama sekolah meningkat dari 8,07 tahun di tahun 2012, menjadi 8,42 tahun 2016.

"Melalui Program Indonesia Pintar, pemerintah terus berupaya meningkatkan partisipasi sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah khususnya bagi siswa yang berasal dari keluarga miskin dan rentan miskin," katanya.

Pada tahun ajaran 2016/2017, angka partisipasi kasar (APK) jenjang pendidikan menengah yang mencakup sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah (MA) telah mencapai 81,95 persen, meningkat dari 76,45 persen pada tahun ajaran 2014/2015.

Rasio angka partisipasi sekolah penduduk usia 16-18 tahun antara 20 persen penduduk termiskin terhadap 20 persen penduduk pada tahun 2016 telah mencapai 0,68; lebih tinggi dari target yang ditentukan yaitu sebesar 0,60. Hal ini menunjukkan kesenjangan partisipasi pendidikan yang semakin berkurang antar status ekonomi masyarakat.

"Pemerintah juga telah membantu merevitalisasi 49 sekolah, dan membangun 114 sekolah garis depan (SGD) baru di berbagai titik. Selain itu, sepanjang 2017 ini Kemendikbud membantu penyediaan 11 sekolah untuk memberikan layanan khusus pada peserta didik berkebutuhan khusus," jelasnya.

Kemdikbud juga menugaskan sebanyak 6.296 guru garis depan (GGD) siap bertugas di 14 provinsi dan 93 kabupaten di Tanah Air.

Sebelumnya, pada tahun 2015, sebanyak 797 GGD dilepas oleh Presiden Joko Widodo untuk bertugas di 28 kabupaten yang berada di wilayah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). Menurut Mendikbud, selain menjadi perwakilan negara dalam memberikan pelayanan pendidikan di daerah 3T, para guru garis depan juga menjadi perekat bangsa.

Mereka yang berasal dari berbagai wilayah sebelumnya telah mengabdi sebagai sarjana mengajar di daerah 3T (SM-3T) kemudian mengikuti seleksi sebagai GGD, untuk ditempatkan di berbagai wilayah di Tanah Air.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement