Senin 21 Aug 2017 18:49 WIB

Rektor IAIN Surakarta Puji Sudirman Said

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Qommarria Rostanti
Sudirman Said (kiri) dan Rektor IAIN Surakarta Mudofir (kanan).
Foto: Dok IAIN Surakarta
Sudirman Said (kiri) dan Rektor IAIN Surakarta Mudofir (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta Mudofir, menilai Sudirman Said adalah tokoh yang memiliki integritas dan dapat diteladani. Selain itu, menurut dia, mantan menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) itu adalah tokoh yang inspiratif dan memiliki kompetensi.

"Jadi tidak salah kalau mahasiswa mengundang beliau untuk memberikan kuliah umum. Integritas, moralitas, dan kompetensinya sudah teruji. Pengalamannya pun banyak dan beragam," kata Mudofir dalam kuliah umum di Kampus IAIN Surakarta, Senin (21/8).

Mudofir berpendapat, maju mundurnya suatu lembaga sangat ditentukan oleh integritas dan moral pemimpinnya. Kalau pemimpinnya memiliki integritas, maka institusinya akan maju. Sebaliknya, kalau pemimpinnya tidak punya integritas, maka lembaganya pun akan mundur, bahkan menuju kehancuran.

"Maka sekali lagi mengundang Pak Dirman (sapaan akrab Sudirman Said) sangatlah tepat, karena beliau memiliki kapasitas moral, kapasitas di bidangnya, juga memiliki wawasan kebangsaan yang luas," ujar Mudofir.

Mudofir mengatakan, yang menentukan negara menjadi kaya atau miskin, apakah maju atau tidak adalah integritas institusi-institusi sosial, politik, dan ekonomi di negara itu. Artinya institusi-institusi sosial, politik, dan ekonomi tersebut harus bisa mendapatkan akses untuk melayani masyarakat. "Jika institusi sosial politik dan ekonomi digunakan untuk menyejahterakan masyarakat, maka negara akan menjadi kaya. Dan itu amat bergantung pada integritas dan moralitas pemimpinnya," kata Mudofir.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement