REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai rencana penerbitan rapor catatan kepribadian siswa terlalu berlebihan. “Kalau ada wacana itu, terlalu berlebihan, rencana Kemendikbud itu,” kata Wakil Sekjen FSGI Fahriza Marta Tanjung kepada Republika, Selasa (22/8).
Ia mengatakan pencatatan kepribadian siswa sudah tertuang dalam kurikulum 2013 (K-13). Namun, tidak dibunyikan adanya pemisahan antara sikap dan pengetahuan.
Fahriza menilai guru tak akan mampu mencatat kepribadian siswa dengan baik. Mengingat, jumlah siswa yang tidak banyak dan kesiapan masing-masing guru. “Saya ragukan portofolio anak, sekarang saja banyak guru kewalahan di K-13,” ujar dia.
Ia juga mempertanyakan ukuran penilaian kepribadian siswa. Ia mewanti-wanti jangan sampai ukuran tersebut membuat guru sibuk dengan urusan administrasi. Ia khawatir hasil penilaian tersebut tidak akan objektif.
“Apalagi dalam K-13 sikap itu muncul dalam setiap mapel. Harus disadari kualitas guru masih rendah,” tutur Fahriza.
Warga, Dadang Razak, justru mengamini adanya rapor catatan kepribadian siswa. Alasannya, catatan kepribadian dapat menjadi informasi bagi orang tua atas sikap anaknya.
Dia pun menceritakan anaknya, Rahma Raysha Ramadhani, yang bersekolah di SDIT Adzkia Sukabumi, Jawa Barat, selalu mendapat catatan kerpibadian dalam bentuk lembaran. Catatan tersebut menekankan pada kekurangan si peserta didik.
Ia mengatakan, guru akan melaporkan evaluasi perkembangan siswa berdasarkan catatan yang diberikan pada orang tua pada akhir tahun ajaran. Namun, rapor kepribadian itu tidak dipakai saat anaknya sudah lulus.