REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Duta Baca Indonesia Najwa Shihab mengatakan keluarga merupakan tempat yang paling tepat dan tempat yang paling efektif untuk membuat anak-anak cinta memnbaca. "Saya sangat beruntung di tengah keluarga yang mencintai buku, bahkan saya dan kakak saya cinta membaca sebelum bisa membaca karena ibu selalu mendongengkan dengan membaca buku sebelum saya tidur," katanya di Magelang, Sabtu (26/8).
Ia mengatakan hal tersebut pada "Roadshow Perpustakaan Nasional 2017" di Perpustakaan Daerah Kota Magelang. Di rumah pun, dia mengatakan, banyak tersedia bahan bacaan begitu banyak, karena ayahnya seorang dosen dan juga penulis. Pada hari tertentu, ayahnya selalu mengajak Najwa untuk membeli buku.
Ia menuturkan duta baca bertugas menyebarkan virus cinta membaca di tengah masyarakat. Selama setahun ini, dia pun berkeliling ke daerah-daerah bertemu dengan pegiat literasi, pustakawan, berkunjung ke sekolah, forum taman bacaan masyarakat.
"Saya melihat fakta yang berbeda, di atas kertas hasil survei bilang kita peringkat 60 dari 61 atau hanya 0,001 anak Indonesia yang katanya suka membaca. tetapi kalau melihat di lapangan betapa kerasnya berbagai kegiatan yang dilakukan pegiat literasi dan betapa suka citanya anak-anak di setiap forum taman bacaan, betapa gembiranya ketika kakak2 penggerak lietrasi mengunjungi mereka dengan membawakan buku," kata dia.
Menurut dia kesimpulannya bukan minat baca yang rendah, tetapi justru akses buku yang masih terbatas. Ia mengatakan banyak inisiatif yang dilakukan warga dari berbagai kalangan, ada 6.000 taman bacaan masyarakat, pustaka bergerak dengan berbagai model transportasi untuk memastikan akses buku bisa sampai di tangan anak-anak itu luar biasa.
Putri mantan Menteri Agama Quraish Shihab itu menyebutkan ada seorang tukang delman dengan kuda pustakanya di Pegunungan Slamet, nelayan dengan perahu pustaka di Sulawesi Barat berlayar dari satu pulau ke pulau yang lain hanya untuk mengantarkan buku. Kemudian, seorang atlet angkat besi yang naik turun gunung di Papua dengan noken membawa puluhan kilogram buku untuk bisa masuk ke pelosok-pelosok suapaya anak-anak papua bisa membaca.
"Banyak inisiatif yang dilakukan oleh warga dengan berbagai latar belakang, orang-orang yang begitu keras kepala melakukan berbagai hal untuk memastikan anak-anak di pelosok manapun bisa punya akses terhadap bahan bacaan," kata dia.
Menurut dia orang-orang tersebut yang benar-benar menjadi inspirasi dan membuat dirinya yakin anak Indonesia kalau saja dikasih buku pasti akan menjadi pembaca seumur hidup.
Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, Perpustakaan Nasional Woro Titi Haryanti mengatakan minat baca itu banyak, cuma memang akses terhadap informasinya yang masih kurang. Ia menuturkan Indonesia sudah bisa mengentaskan buta huruf, tetapi hal itu tidak cukup. Bebas buta huruf harus dikaitkan dengan literasi, kemampuan berliterasi.
Kemampuan berliterasi, dia mengatakan, tidak begitu saja, tetapi harus banyak buku yang tersedia dan harus dibaca oleh masyarakat.