REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Sekolah Al-Iman menggelar workshop “Pendidikan Bermutu” dan bedah buku “Kurikulum untuk Kehidupan” karya Zulfikri Anas. Kegiatan yang diadakan di Perguruan Al-Iman, Citayam, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (26/8) itu menampilkan nara sumber pakar kurikulum Zulfikri Anas, serta kepala sekolah dan wakil kepala sekolah di lingkungan Yayasan Perguruan Al-Iman.
“Mutu pendidikan tidak tergantung di mana pisisi sekolah itu berada, di kota atau di desa. Yang penting adalah komitmen para guru untuk memberikan yang terbaik kepada siswanya dengan tulus ikhlas. Itu latar belakang kami menggelar workshop mengenai pendidikan bermutu,” kata Ketua Umum Yayasan Perguruan Al-Iman Citayam Afrizal Sinaro dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (27/8).
Wakil Kepala Sekolah SD Islam Al-Iman, Yuni mengemukakan, salah satu kesimpulan dari workshop tersebut adalah pentingnya kesadaran untuk berpikir positif bagi seorang pendidik. “Setiap kita diamanahi tugas mendidik, terutama bagi anak sendiri dan amanah itu makin besar ketika kita juga berprofesi sebagai guru. Pola pikir kita terhadap anak didik merupakan unsur terpenting karena sehebat apapun materi yang kita ajarkan, jika pola pikir kita tidak benar, maka materi yang kita ajarkan akan sia-sia,” ujar Yuni.
Ia menambahkan, jika guru memaksakan kehendak kepada siswa justeru akan mematikan potensi yang yang miliki anak. “Mereka bisa saja mencapai nilai yang tinggi sebagaimana yang kita inginkan, namun jiwanya rapuh. Di sinilah perlunya membangun pola pikir (mindset) yang benar bagi seorang pendidik,” tegas Yuni.
Kepala SMP Al-Iman Meladih mengemukakan, kesimpulan lain workshop tersebut adalah ketika anak mengalami masalah, sesungguhnya ia membutuhkan kasih sayang dan pendampingan guru, sementara yang sering terjadi, mereka justeru dihukum, dikucilkan, atau dikeluarkan dari sekolah. “Tindakan ini sesungguhnya mengingkari makna pendidikan itu sendiri,” tutur Meladih.
Seharusnya semua sekolah bermutu, tidak ada istilah sekolah unggulan dan non-unggulan, atau sekolah favorit dan non-favorit. “Semua lembaga pendidikan berkewajiban memberikan layanan yang berkualitas, dan itu bagian dari janji pendidik sejati,” ujar Meladih.
Kepsek TK Al-Iman Ai Nurhasanah menambahkan, sebagai guru, berpikiran positif kepada setiap anak dalam kondisi apapun akan menghasilkan energi positif dalam diri anak. Melalui cara itu, anak akan mampu membangun dirinya dari dalam. Itulah hakikatnya manusia, dibekali kekuatan positif oleh Allah agar setiap individu mampu mengubah corak hidupnya.
“Untuk itu, sebagai guru, kami bertekad untuk selalu memberikan layanan yang berkualitas dan terbaik bagi masa depan anak. Pola pikir ini akan membeaskan kita dari ketakutan dan keragu-raguan dalam menerapkan pendidikan yang benar,” tuturnya.
Ai menambahkan, “Saatnya kita berkonsentrasi penuh kepada pelayanan terbaik, pembelajaran yang menginspirasi anak, dan mengubah pola penilaian yang tadinya terpaku pada angka menjadi penilaian berbasis data kualitatif. Nilai angka hanya sebagai simbol saja,” papar Ai.
Menurut Ai, inilah saatnya para guru keluar dari keterkungkungan. “Selama ini guru terperangkap dalam ketakutan untuk tampil beda sehingga kreativitas menjadi hilang, dan ini membuat mutu hasil pendidikan kita anjlok. Akibatnya, keberhasilan seolah hanya milik sebagian kecil anak yang bersekolah di sekolah unggulan,” tutur Ai Nurhasanah.