Jumat 08 Sep 2017 13:21 WIB

Kemendikbud Fokus Berantas Buta Aksara pada Usia Produktif

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy
Foto: ROL/Abdul Kodir
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN — Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan pihaknya saat ini fokus memberantas buta aksara pada penyandang usia produktif. "Kami akan fokus pada penyandang buta aksara yang produktif dan tugas pendidikan nonformal menjaga dan mencegah agar tidak kembali buta aksara," kata Mendikbud dalam peringatan Hari Aksara Internasional di Kuningan, Jawa Barat, Jumat (8/9).

Dia menambahkan tidak ada jaminan orang sudah melek huruf tetap melek huruf jika tidak ada progam lanjutan. "Justru yang kami khawatirkan itu, kembali buta huruf jika tidak ada pembinaan," katanya.

Program lanjutan yang dimaksud, dia melanjutkan, seperti kewirausahaan maupun taman bacaan. Mendikbud mengatakan sebagian besar penyandang buta aksara berusia di atas 45 tahun. Saat ini, jumlah buta aksara hanya sekitar 2,07 persen atau sekitar 3,4 juta jiwa.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas) Kemdikbud, Harris Iskandar, mengatakan sebagian besar penyandang buta huruf adalah kaum perempuan. "Sekitar dua pertiga dari jumlah buta aksara adalah kaum perempuan," katanya.

Karena itu, Kemendikbud membuat program dengan melihat karakteristik gender dan lingkungan. Harris memberi contoh di Jepara, yang mengajarkan tak hanya baca tulis tetapi juga membuat kue.

Pemerintah menyasar pada ibu-ibu di pedesaan dan kantong kemiskinan dengan memberdayakan di sektor ekonomi. Kemdikbud juga melakukan langkah pemberantasan buta huruf dengan berbagai cara.

Cara-cara tersebut yakni merancang kebijakan keaksaraan yang terintegrasi kesetaraan, memperoleh data valid, membagi tanggung jawab sumber daya pemerintah dan pemerintah daerah, mendiversifikasikan layanan program, dan memangkas birokrasi layanan program melalui aplikasi daring sibopaksara.kemdikbud.go.id.

Saat ini, angka buta aksara masih terdapat di sejumlah provinsi yakni Papua (28,75 persen), NTB (7,91 persen), NTT (5,15 persen), Sulawesi Barat (4,58 persen), Kalimantan Barat (4,50 peren), Sulawesi Selatan (4,49 persen), Bali (3,57 persen), Jawa Timur (3,47 persen), Kalimantan Utara (2,90 persen), Sulawesi Tenggara (2,74 persen), dan Jawa Tengah (2,20 persen).

Sebanyak 23 provinsi lainnya sudah berada di bawah angka nasional. Jika dilihat dari perbedaan jenis kelamin maka tampak bahwa perempuan memiliki angka buta aksara lebih besar jika dibandingkan dengan laki-laki dengan jumlah, yakni 1.157.703 orang laki-laki, dan perempuan 2.258.990 orang.

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement