REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Awalnya tak pernah terbayangkan oleh pasangan Okke Achmad Bacharuddin dan Ferina Maryati bahwa anak pertama mereka, Ernest Regia Achmad merupakan anak indigo. Ya, anak dengan kemampuan khusus (kemampuan melihat dunia luar) yang pada awalnya membuat pasangan suami istri itu bingung menghadapinya.
“Kami selalu berdoa kepada Allah, agar diberikan pertolongan dalam mengembangkan potensi Ernest. Apalagi sampai usia tiga tahun ia belum bisa bicara. Semula kami berpikir, ia autis. Tapi ternyata belakangan terbukti dia bukan autis, melainkan indigo,” kata Okke Achmad Bacahruddin kepada Republika.co.id, pekan lalu.
Ernest dilahirkan 12 Maret tahun 2004. Ia anak pertama dari tiga bersaudara. Keluarga tersebut tinggal di Parung, Bogor, Jawa Barat.
Saat berusia 3 tahun, ia sering melihat kalender dan bertanya kepada ayahnya, “Ini apa?” Ayahnya menjawab, “Ini angka.” Dia bilang, “Aku ingin itu.”
Okke lalu memberikan buku dan pulpen kepada Ernest. Okke menuliskan angka 1-30.
Ternyata dua minggu kemudian buku tersebut habis. Dan Ernest telah menulis angka 1-12.000. “Saya berikan buku lagi, ia menulis lagi sampai jutaan. Dan ternyata angka itu ada polanya,” tutur Okke.
Suatu hari Ernest minta diajari perkalian, penjumlahan maupun pembagian. Ternyata dalam waktu tiga hari ia langsung menguasai. “Saya test, hasilnya benar. Ernset berkata kepada saya, ‘Aku tahu, aku tahu sendiri’. Ternyata ia mampu mengotak-ngatik angka. Subhanallah,” ujarnya.
Okke lalu memilihkan sekolah SD Darul Muttaqin, Parung, Jawa Barat, untuk anaknya tersebut. “Alhamdulillah, potensi Ernest berkembang, terutama dalam bidang Matematika dan tahfizh Quran. Ia juara dalam bidang Matematika dan lomba tahfizh Quran yang diadakan Kementerian Keuangan,” kata pegawai Ditjen Bea dan Cukai itu."Alhamdulillah, Ernest merupakan anugerah Allah yang luar biasa bagi kami," ujar Okke.
Okke dan istrinya kemudian mencari sekolah lanjutan yang dinilai tepat untuk Ernest. Pilihan mereka akhirnya jatuh ke SMP Bosowa Bina Insani Bogor.
Alasan mereka memilih sekolah tersebut, karena pendidikan agamanya bagus, termasuk di dalamnya tahfizh Quran. Selain itu, mereka yakin di SMP Bosowa Bina Insani, potensi Ernest bisa berkembang dengan baik.
Keyakinan Okke terbukti. Ernest berhasil menjadi juara ketiga Olimpiade Sains Nasional (OSN) tingkat Provinsi Jawa Barat pada Mei 2017. Ia juga berhasil meningkatkan hapalan Alqurannya. Saat ini Ernest mengaku sudah hapal empat juz, yakni juz 27-30.
Saat diwawancarai Republika.co.id, Agustus silam, Ernest mengaku menyenangi pelajaran Matematika. “Saya senang Matematika. Dengan Matematika, saya bisa bereksprimen angka. Saya bisa menghitung-hitung,” tutur remaja yang bercita-cita menjadi dokter itu.
Tak hanya itu. Kemampuan Ernest dalam menghapal Alquran juga terus meningkat. Saat ini, kelas 2 SMP, Ernest sudah hapal 4juz, yakni juz 27-30. “saya belajar tahfizh secara otodidak, terutama setiap hari setelah shalat Dhuha di Masjid Al-Ikhlas Bosowa Bina Insani. Saya menyetorkan hapalan kepada guru Pendidikan Agama Islam (PAI) SMP BBI, yakni Ustaz Amria Zakky Abdul Majid,” tuturnya.
Wakil Kepala SMP Bosowa Bina Insani Marhali mengatakan, pihaknya selalu mendorong dan memasilitasi siswa untuk menghapal Quran. “Sebanyak 90 persen siswa SMP BBI sudah hapal juz 30. Lulus SMP salah satu syaratnya hapal juz 30,” ungkapnya.
Ernest menargetkan, lulus SMP hapal 6 juz. Lulus SMA hapal 10. “Lulus kuliah saya menargetkan hapal Alquran 30 juz,” kata Ernest yang berencana melanjutkan pendidikannya ke SMA Bosowa Bina Insani.
Ditanya apa alasannya ingin menjadi hafizh Quran, Ernest mengatakan dua punya alasan. “Pertama, menghapal Alquran itu mudah. Kedua, kalau anak hapal Alquran, akan mengangkat derajat orang tua,” ujar siswa penerima beasiswa khusus prestasi dari SBBI.
Direktur Pendidikan SBBI Sudirman mengungkapkan, Eggy adalah siswa penerima beasiswa dalam program beasiswa Sekolah Bosowa Bina Insani. Sejak SMP kelas 1 ia bebas biaya sekolah. “Ia mempunyai kemampuan yang unik. Jago Matematika, dan juga hapal Alquran,” kata Sudirman.
Ia mengaku bersyukur Ernes dapat berprestasi di sekolah (akademik) maupun non-akademik. Termasuk ke dalamnya menjadi juara OSN Matematika tingkat Provinsi Jawa Barat dan juga seorang hafizh.
“Ini suatu kebanggaan buat SBBI. Kita akan terus melakukan pembinaan kepada para siswa agar berprestasi secara akademik maupun non-akademik. Termasuk di antaranya memberikan apresiasi kepada para siswa berprestasi akademik maupun non-akademik. Apresiasi tersebut biasanya kami berikan pada momentum peringatan HUT Kemerdekaan tanggal 17 Agustus.
“Diharapkan dengan prestasi Ernest meraih juara OSN bidang Matematika tingkat Provinsi Jawa barat bisa menginspirasi teman-temannya, siswa SBBI dari jenjang TK, SD, SMP dan SMA BBI untuk berlomba-lomba meraih prestasi,” ujarnya.
Sudirman juga mengapresiasi kemampuan Ernest dalam bidang tahfiz Quran. “Prestasi yang ditunjukkan oleh Ernest, yakni juara OSN bidang Matematika dan hafiz Quran menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif antara hapalan Alquran dan kemampuan akademik. Semakin banyak hapalan Alquran seseorang, semakin baik prestasi akademiknya. Terbukti sejumlah siswa SBBI yang hafizh, prestasi akademiknya juga bagus. Mereka umumnya juara kelas.
Itu sebabnya, SBBI menjadikan tahfizh Quran sebagai salah satu muatan terpenting dalam kurikulum pendidikannya. “Kami menargetkan lulusan TK BBI hapal 11 surat pendek Juz ‘Amma. Lulusan SD hapal juz 30. Lulusan SMP hapal Juz 30 ditambah beberapa surat, seperti Al-Mulk, Al-Wawiah dan lainnya. Lulusan SMA, hapal juz 30 dan beberapa surat lainnya, lebih banyak dari lulusan SMP," papar Sudirman.