REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kualitas hasil pendidikan bergantung kepada bagaimana sekolah mengelola pembelajaran secara efektif yang menyadarkan setiap peserta didik akan perannya sebagai manusia. Sebagai manusia yang dititipi amanah oleh Ilahi, setiap anak adalah subyek pembelajar yang aktif membangun dan menguatkan dirinya menjadi insan kamil.
Dalam era sekarang ini, di mana tantangan yang dihadapi semakin berat dan beragam, faktor utama yang paling menentukan keberhasilan dunia pendidikan adalah pola pikir (mindset) para pendidiknya. Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Palu Drs Kamrudin MSi, perubahan mindset merupakan hal terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap pelatihan, workshop, seminar dan forum-forum pendidikan lainnya.
“Jika mindset para guru belum benar, maka pelatihan-pelatihan teknis menjadi sia-sia. Sebaliknya, apabila mindset guru telah benar, pelatihan-pelatihan teknis akan mudah, dan sifatnya hanya mendukung,” kata Kamrudin saat membuka Seminar Nasional dan Bedah Buku Kurikulum untuk Kehidupan di LPMP Palu, Jumat ( 22/9), sebagaimana rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (24/9).
Seminar yang dikuti oleh 200 orang peserta itu menampilkan nara sumber Direktur Institut Indonesia Bermutu Dr Zulfikri Anas MEd. Penulis buku Kurikulum untuk Kehidupan itu didamping oleh Evi Afrizal Sinaro dari Penerbit Almawardi Prima sekaligus mewakili Indonesia Bermutu.
Kabid Perencanaan Dinas Pendidikan Kota Palu Ferry Cahyadi menambahkan, Dinas Pendidikan Kota Palu yang didukung oleh K3S dan semua guru ingin meningkatkan mutu pelayanan pendidikan kepada setiap warga negara. “Untuk itu, guru-guru perlu penguatan agar tidak lagi menjadikan kurikulum sebagai momok yang menakutkan, merepotkan, dan merumitkan,” kata Ferry.
Saat ini, Dinas Pendidikan Kota Palu mulai menindaklanjuti program penguatan Tata Kelola Sekolah yang Berintegritas dan Pembelajaran Antikorupsi sebagai bentuk penguatan karakter melalui sekolah. “Program ini merupakan wujud nyata komitmen pemerintah daerah Kota Palu, khususnya Dinas Pendidikan untuk membangun sumber daya manusia yang benar-benar berkualitas, cerdas, mandiri, dan berintegritas,” ujar Ferry Cahyadi.
Panitia seminar, Muhammad Ilyas mengemukakan, antusiasme para guru membuat para kepala sekolah yang tergabung dalam K3S dan para kepala UPT dari empat wilayah menjadi bersemangat sehingga kegiatan seminar ini berjalan lancar. “Kita berharap, program seperti ini menjadi tradisi sehingga sehingga guru-guru bisa lepas dari “belenggu” dan momok yang menakutkan tentang kurikulum,” tuturnya.
Ia menambahkan, Kurikulum untuk Kehidupan yang menjadi tema kegiatan ini menjadi titik temu antara Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013. “Selama ini sekolah bingung dengan perubahan kurikulum ini. Namun, setelah dibahas secara gamblang, akhirnya para guru menjadi paham bahwa secara substansial, Kurikulum 2006 dengan Kurikulum 2013, yaitu menekankan penguasan kompetensi sebagai patokan keberhasilan pendidikan,” paparnya.
Kegiatan menjadi strategis karena dirangkaikan dengan perayaan hari ulang tahun kota Palu yang mengambil Tema “Pesona Palu Nomoni 2017”. Mengungkap kearifan budaya masa lalu dibalut dalam kemasan atraksi seni pertunjukan dengan nilai-nilai kebudayaan masa lalu yang bernilai arif dan luhur, “Nomoni” artinya berbunyi atau bergema. “Tema ini diusung sebagai spirit untuk menggaungkan ragam kebudayaan Etnis Kaili di Lembah Palu kepada dunia. Montentum ini sekaligus menjadi titik tolak untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” ujarnya.
Peneliti Indonesia Bermutu Afrizal Sinaro berharap, ke depan, program ini dapat menjadi agenda rutin bagi Indonesia Bermutu, dan kegiatan di Palu ini dapat menjadi model yang melibatkan berbagai elemen. “Melihat sambutan peserta, kita harus memberikan apresiasi yang sebesar-sebasarnya kepada panitia dan Dinas Pendidikan beserta jajarannya yang telah bekerja keras untuk mewujudkan kegiatan ini,” ungkap Afrizal Sinaro.