REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Ilmu Pengetahuan Teknik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengganggap, menaikkan anggaran dana riset tidak menjamin kualitas penelitian menjadi lebih baik. Menurut dia, pembenahan manajemen anggaran setiap lembaga peneliti menjadi poin penting dalam riset.
"Peneliti banyak yang ngeluh kurang (dana), tapi sebenarnya itu cukup. Maksudnya kalau anggaran digelontorkan pun itu tidak akan menambah banyak kinerjanya, kalau manajemen riset tidak diperbaiki," jelas Handoko, Rabu (8/11).
Sebagai contoh kasus, lanjut dia, pada era Presiden BJ Habibie, para peneliti sangat dimanjakan dengan anggaran dana yang cukup besar. Namun, hasil dari dana tersebut tidak terealisasi dan tidak menghasilkan riset yang unggul dan bermanfaat bagi perkembangan zaman.
Handoko mengklaim, mental peneliti seperti demikian masih juga ditemukan di beberapa peneliti saat ini. Bahkan, dia menyebut, masih banyak peneliti yang tidak kompetitif dan tidak mengedepankan kualitas riset. Melainkan, lebih mementingkan jumlah kredit.
"Dan itu benar terjadi. Jadi mulai sekarang sistem angka kredit, tidak kita pakai sebagai dasar untuk menaikkan pangkat. Tapi yang kita pakai itu adalah portofolio," kata dia menjelaskan.
Karena itu, dia berharap, agar semua pihak bisa saling bersinergi untuk merubah sistem penelitian nasional saat ini. Tentunya, perubahan dilakukan dengan regulasi baru yang lebih baik.