Senin 25 Dec 2017 11:11 WIB

Perketat Fungsi Kontrol Agar Buku Ajar tak 'Kecolongan'

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Heboh konten buku pelajaran yang tak sesuai, mengandung unsur SARA, atau yang dinilai kurang etis sudah beberapa kali bermuncul. Sederat nama-nama penerbit buku pun bermunculan yang terlibat dalam pengadaaan buku tersebut. Yang terayar di penghujung tahun ini, adalah di Buku IPS terbitan Yudhistira terkait penulisan Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Pengamat pendidikan M Abduhzein mengatakan, soal isi buku tersebut, harusnya Kemendikbud selaku pengawas melakukan seleksi yang lebih ketat lagi. "Yang perlu dilihat dari sebuah buku sebenarnya bukan hanya isi atau konten tapi juga penulisan, tingkat terbaca, juga desain dan psikologi buku," ujar Abduhzein. Psikologi buku yang dimaksud adalah bagaimana sebuah buku dibuat dengan mengaitkan dengan tingkat perkembangan psikologi anak.

Permasalahan mengenai buku paket yang memang perlu dilihat dari dunia pendidikan adalah isi atau konten bukunya. Konten buku perlu diperhatikan karena buku tersebut dijadikan acuan ilmu bagi siswa-siswi yang ada.

Mengenai pengawasan isi dari buku paket, semua pihak sepakat hal tersebut berada di bawah tanggung jawab Pusat Perbukuan dan Kurikulum (Pusbukkur) yang menjadi salah satu bagian unit kerja Kemendikbud. Anggota DPR yang berada di Komisi X, Ledia Hanifa Amaliah menyatakan Kemendikbud memiliki sebuah bidang pusat buku yang berfungsi mengontrol dan menyiapkan bahan dasar buku yang menjadi pegangan berbasis kurikulum yang berlaku. "Seharusnya Pusbukkur mengontrol keseluruhan terkait buku dan isinya," ujarnya.