REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Yayasan Pembinaan Umat (YPU) Bina Ilmu, yang mengelola pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), dan Sekolah Dasar Terpadu (SDT) Bina Ilmu, membuka penerimaan peserta didik baru untuk Tahun Ajaran 2018/2019. Lembaga pendidikan yang berdiri pada 1997 itu beralamat di Jalan H Mawi Nomor 3 Parung, Bogor, Jawa Barat.
Untuk jenjang TK, yang mulai berorepasi pada 1997, siap menerima 60 peserta didik dari kelompok A kategori usia empat tahun dan kelompok B kategori usia lima tahun. Sementara untuk SD, yang mulai beroperasi pada 2004, pada tahun ini siap menampung 56 peserta didik yang akan dibagi ke dalam dua rombongan belajar.
Direktur Pendidikan YPU Bina Ilmu, H Momon Abdul Rohman, mengatakan, SDT Bina Ilmu pada 2017 ini menjadi sekolah piloting proyek Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Ia bersyukur atas kerja sama yang terbangun dari semua unsur yang ada di sekolah yang mulai dikelolanya 12 tahun silam sejak ia bergabung pada 2005 membuahkan hasil yang diharapkan.
''Tahun ini, menjadi tahun yang sangat spesial. Saat kami dipercaya Kemendikbud menjadi Sekolah Swasta Rintisan PPK dan menjadi salah satu finalis Lomba Budaya Mutu Sekolah 2017. Momentum tersebut bersamaan dengan dipanggilnya salah satu pendiri sekaligus penggerak program pendidikan, Damanhuri Zuhri, yang berpulang pada 2 Januari 2017,'' kata Momon kepada Republika.co.id, Rabu (27/12).
Momon yang juga salah seorang pengurus Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka), berusaha mengobarkan semangat juang para pendidik baik di TK maupun SD untuk memiliki tanggung jawab yang besar melanjutkan perjuangan Almarhum membangun pendidikan bermutu di wilayah Parung. ''Semangat Almarhum akan terus berkobar di dada kami untuk mewujudkan cita-citanya mendidik gerenasi dini Muslim dengan semangat Alquran dan As-Sunnah,'' katanya.
Ayah tiga anak ini lalu meyakinkan kepada masyarakat yang ingin mempercayakan pendidikan kepada buah hatinya ke YPU Bina Ilmu, dengan tujuh alasan. Pertama, SDT Bina Ilmu, menjadi salah satu finalis Lomba Budaya Mutu Sekolah 2017. ''Kami punya tanggung jawab moral kepada orang tua yang memercayakan pendidikan putra-putrinya di lembaga kami untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang maksimal dan bermutu,'' ujarnya.
Kedua, sambung Momon, full day school. Sejak sekolah ini mulai beroperasi pada 2004 sudah menjalankan program full day school. ''Alhamdulillah sampai tahun ke-13 ini tidak ada kendala dari peserta didik yang waktunya dihabiskan selama lebih kurang 10 jam di sekolah untuk kelas III sampai VI. Untuk kelas I dan II kegiatan dari pukul 06.30 sampai pukul 14.00 WIB,” paparnya.
Alasan ketiga, kata Momon, Islami dan berkarakter. ''Program yang dilaksanakan di sini seluruhnya bermuara pada aspek ketauhidan. Jadi apapun pembelajarannya ujung-ujungnya berkaitan dengan kebesaran Allah SWT. Sehingga, diharapkan peserta didik berkarakter Islami dalam kehidupannya.,” tuturnya.
Keempat, sebagai pusat keunggulan, sekolah, sambung Momon, menjadi sarana untuk menumbuhkan bibit bibit unggul. ''Maka itu sebagai petani (pendidik, red) harus menjadi inspirasi dan mampu menggerakkan peserta didiknya untuk menjadi khoiru ummah (umat yang terbaik) di muka bumi jika kelak ia menjadi pemimpin atau minimal pemimpin dalam rumah tangganya.,” ujarnya.
Alasan kelima, seimbang antara imtak dan iptek. Tidak bisa dipungkiri, kata Momon, pendidikan saat ini harus dikuatkan iman dan takwanya dulu sebagai benteng dari ibadah dan muamalah. ''Setelah akidahnya kokoh, baru anak-anak kita bekali ilmu pengetahuan dan teknologi supaya bisa menjadi khalifah di muka bumi yang rahmatan lil alamin,” tegasnya.
Keenam, fasilitas minimalis, aktivitas dinamis. Sejak awal didirikan, sekolah Bina Ilmu sangat minim fasilitas. Namun kondisi seperti ini menjadi pemicu untuk bergerak dan berkreasi dalam menuangkan ide-ide program guna meningkatkan mutu pendidikan. ''Dengan beragam aktivitas menjadi daya tarik masyarakat untuk memercayakan pendidikan anak-anak mereka di Bina Ilmu,” ungkapnya.
Dan alasan ketujuh, kualitas memukau, harga terjangkau. ''Dengan biaya pendidikan yang terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah, alumnus SDT Bina Ilmu tersebar di sekolah-sekolah negeri maupun swasta, universitas, dan pondok pesantren modern baik dalam maupun luar negeri. Banyak juga yang sudah menjadi hafizh Alquran 30 juz,” paparnya.
''Saat kami ditanya orang tua murid, apa target lulusan SDT Bina Ilmu? Target kami bisa diterima di Pondok Pesantren Darussalam Gontor, baik putra maupun putri. Alasan itu berkaitan dengan nilai integritas dan kualitas santri yang diterima di Gontor yang skalanya bukan lagi nasional tapi regional bahkan internasional,'' ucap momon bangga.
Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2017, Suprianto, mengatakan, pendaftaran murid baru Sekolah Bina Ilmu mulai dibuka pada 2 Januari 2018, bertepatan dengan haul satu tahun pendiri YPU Bina Ilmu, Damanhuri Zuhri, yang juga wartawan Harian Republika.
Gelombang pertama akan ditutup sampai akhir Februari 2018 dengan menerima 56 peserta didik. ''Syarat utama diterima di SDT Bina Ilmu adalah usia minimal enam tahun pada Juli 2018 dan sanggup mengikuti peraturan dan seluruh program-program sekolah,'' ujar Supriyanto.