Senin 22 Jan 2018 05:55 WIB

SDT Bina Ilmu Parung Gelar Sosialisasi Implementasi PPK

Ujung tombak keberhasilan pendidikan faktor utamanya adalah guru.

Suasana sosialisasi implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SDT Bina Ilmu Parung.
Foto: Dok SDT Bina llmu
Suasana sosialisasi implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SDT Bina Ilmu Parung.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR--Sekolah Dasar Terpadu (SDT) Bina Ilmu Parung, Bogor, Jawa Barat merupakan sekolah pilot project Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sekolah tersebut  menggelar sosialisasi PPK kepada 12 sekolah dasar (SD) dari kecamatan Parung dan Kecamatan Kemang, Bogor, Sabtu (20/1).

Kegiatan yang berlangsung selama satu hari sejak pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB menampilkan nara sumber Dr Cep Unang Wardaya dari Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) TKPLB Bandung, Jawa Barat.

Sebelum acara sosialisasi dimulai, 20 peserta didik SDT Bina Ilmu di bawah asuhan Arif Hidayat MH membawakan dengan semangat Mars PPK, Tepuk dan Salam PPK serta satu buah lagu daerah asal Jawa Barat, 'Mojang Priangan' yang dipadukan dengan pianika. Tampak hadir dalam kesempatan tersebut, Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Yayasan Pembinaan Umat (YPU) Bina Ilmu, Suarta SPd, Pengawas TK-SD Kecamatan Parung, Cucu Supriyadi dan Elly Rohimah.  

Di hadapan 60 peserta yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang hadir, Cep Unang Wardaya  menyosialisasikan dan memberikan pendampingan materi yang disampaikan ke sekolah imbas tentang konsep PPK;  PPK berbasis kelas;  PPK berbasis budaya sekolah;  PPK barbasis masyarakat;  manajemen kepemimpinan sekolah; bentuk implementasi PPK dalam koridor kurikulum 2013;  dan kajian RPP kelas II dan IV SD.

Penulis Modul Guru Pembelajar Taman Kanak-kanak, Pedagogik: Media dan Sumber Belajar di TK ini mengatakan para peserta yang hadir untuk mengikuti sosialisasi PPK ini memiliki semangat yang luar biasa.

''Alhamdulillah para peserta memang sangat bersemangat karena ada motivasi didukung oleh SDT Bina Ilmu yang sangat welcome terhadap teman-teman peserta dari sekolah lain untuk menyosialisasikan program PPK dengan harapan mudah-mudahan teman-teman itu ada semangat untuk mengimplementasikan,'' kata Cep Unang seperti dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Ahad (21/1) malam.

Ia melanjutkan,  yang penting memiliki semangat dulu. ''Kemudian kalau sudah ada semangat, ada kemauan,  nanti dia akan terus bertanya ke SDT Bina Ilmu sebagai sekolah pilot project  PPK di Jawa Barat yaitu betul-betul bisa bermanfaat bagi tetangga sekolah sekitarnya. Kalau ada yang nanti mereka tanyakan mudah-mudahan mereka bisa bertanya ke Bina Ilmu kemudian dari Bina Ilmu akan ada pendampingan kemudian melihat program di sana,'' ujar Cep Unang.

Yang paling penting, kata penulis Modul TK, Profesional: Bermain Sambil Belajar di TK, kemauan dulu dari warga sekolah yang dimotori oleh kepala sekolah kemudian didukung oleh guru-guru serta didukung oleh administrasi proses pembelajaran, sehingga implementasi dari PPK ini betul-betul bisa dilakukan.

 

Cep Unang menegaskan bahwa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Prof Muhadjir Effendy menginginkan saat ini bukan bicara sosialisasi konsep tapi implementasi PPK. ''Kata Pak Menteri (Pendidikan dan Kebudayaan, red) sekarang bukan saatnya kita bicara soal sosialisasi konsep tetapi bicara implementasinya bagaimana di lapangan. Makanya saya lebih menekankan bagaimana di proses rencana pembalajaran,'' ujarnya.

''Bagaimana PPK berbasis kelas? Ini langsung kita praktek. Mungkin karena berbentur waktu dan sebagainya kita hanya menginspirasi teman-teman melalui RRP yang terintegrasi karakter kemudian di situ sebetulnya perlu dilihat contoh-contohnya yang sudah kita bongkar, kita lihat RPP-nya, pengelolaan kelasnya seperti apa. Ini nanti ke depan seiring dengan semangat Kemendikbud untuk implementasi kurikulum 2013 mudah-mudahan mulai terwujud beberapa contoh VCD atau video penguatan pendidikan karakter ini dalam koridor kurikulum 2013,'' papar Cep Unang.

Cep Unang tak menampik bahwa ujung tombak keberhasilan pendidikan faktor utamanya adalah guru. ''Guru sebetulnya ujung tombak keberhasilan pendidikan. Karena 30 persen keberhasilan siswa, 30 persen keberhasilan program, sangat ditentukan oleh kamauan guru. Jadi, kalau gurunya sudah oke, dia sudah mau merencanakan, dia sudah mau mengimplementasikan, mau menilainya, soal nanti hasilnya berapapun itu urusan belakangan yang penting jalan dulu. Nanti proses penyempurnaan dan lain sebagainya bisa dilakukan di belakang,''katanya.

Ia mengakui ada kendala yang dihadapi di setiap satuan pendidikan dengan sikap guru yang sudah berada pada 'zona nyaman' ''Ada beberapa guru yang sudah senior, sudah sertifikasi, kadang sudah merasa dengan seperti ini sudah enak. Itu kembali ke pribadinya masing-masing. Pemerintah sudah menyiapkan pembinaan keprofesian berkelanjutan (PKB) kemudian pemerintah juga sudah memberikan program-program diklat yang lainnya untuk meningkatkan kompetensi dan motivasi mereka. Ujung-ujungnya kembali ke pribadi masing-masing,'' akunya.

Cep Unang melanjutkan, ujung tombak keberhasilan pendidikan itu ada tiga, pengawas, kepala sekolah dan guru. ''Kalau roda pengawas bergerak, mau meningkatkan kompetensinya, dia selalu melakukan pembimbingan, pemantauan kepada kepala sekolah otomatis kepala sekolah akan bergerak. Ketika roda pengawas berputar lima kali,  maka roda kepala sekolah 10 kali. Ketika roda kelapa sekolah berputar 10 kali,  maka roda guru 20 kali. Ketika roda guru berputar 20 kali maka roda murid akan kencang sekali,” paparnya.

Makanya, sambung Cep Unang, tiga ujung tombak pendidikan itu pengawas, kepala sekolah dan guru ini memang sebagai ujung tombak implementasi PPK, kurikulum, dan berbagai hal di dunia pendidikan. ''Tanpa ada ketiga unsur itu, pendidikan akan mati. Apalagi dengan program PPK yang sangat dasar, pondasi dari semua. Sebelum anak-anak mendapatkan kompetensi, mendapatkan ilmu yang lain, dasarnya itu adalah karakternya dalam agama Islam disebut akhlak. Karena Rasulullah SAW diutus ke dunia ini untuk menyempurnakan akhlak, tidak disuruh shalat atau puasa dulu,'' ujarnya berfilosofi.

PPK ini kata Cep Unang adalah program penguatan, karena memang sejak zaman Presiden RI pertama Ir Soekarno, yang saat itu menjabat Menteri Pendidikan Ki Hajar Dewantara sudah ada disebut charachter building (membangun karekter) sejak merdeka.  Ki Hajar Dewantara mengatakan dengan teori Trikon dan sekarang Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Kemudian filosofi pendidikan karakter Ki Hajar Dewantara antara lain Olah Hati (etika), Olah Pikir (literasi), Olah Karsa (estetika), Olah Raga (kinestetika).

''Tahun 2010 presiden RI ke 6 SBY menyampaikan juga percepatan pendidikan dengan karakter itu sangat penting. Kemudian 2014 Pak Jokowi dengan Nawacitanya. Harapan ke depan sekolah-sekolah seperti SDT Bina Ilmu yang punya visi membangun akhlakul karimah menjadi pilar dalam proses pendidikan di Indonesia,'' tandas Cep Unang.

Sosialisasi yang hanya berlangsung selama delapan jam ini begitu berharga buat peserta yang hadir. Guru kelas I SDN 04 Waru, Parung, Bogor, Yeti Suwartini misalnya. Dia mengaku sangat senang bisa mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan mutu di sekolahnya. ''Manfaatnya untuk saya pribadi pertama untuk menjalin silaturahim. Kedua,  menambah pengetahuan dan pengalaman. Ilmu yang baru saya dapat ini akan diterapkan di SD tempat saya mengajar,'' ujar Yeti yang sudah 39 menjadi guru.

Ibu tiga anak dan tiga cucu ini mengaku memiliki tanggung jawab yang besar untuk menyosialisasikan penerapan PPK kepada sekolah lain. ''Karena sekolah kami menjadi sekolah imbas dari program PPK ini maka saya punya kewajiban untuk menginformasikan ke sekolah-sekolah lain. Kan kami SD imbas,  insya Allah akan kami tularkan ke sekolah-sekolah lain,'' kata Yeti yang dua tahun lagi memasuki masa purna bakti.

Ia menambahkan khusus guru kelas I, setiap Selasa mengadakan pertemuan Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk bedah RPP, soal, dan lain-lain. ''Ilmu yang baru saya dapat sudah saya minta juga materinya dan akan saya kembangkan sesuai dengan kondisi di sekolah kami,'' ujar guru PNS yang diangkat pada 1981 ini.  

Hal yang sama dirasakan Leli Amelia, SPdI. Utusan dari SDIT Dinamika Umat, Kemang, Bogor, ini sangat bersyukur bisa mengikuti kegiatan untuk menimba ilmu tentang implementasi PPK yang baru saja diikutinya. ''Alhamdulillah, saya mewakili dari wilayah Kemang, hari ini (Sabtu, red) mengikuti sosialisasi dan penguatan PPK,'' ucap Leli.

Ia yang didampingi rekannya, Masduki SPdI, menilai kegiatan ini sangat bermanfaat. ''Kegiatan ini bagus sekali untuk kami para guru karena memang tujuan kita adalah membudayakan karakter kepada anak-anak sebagai generasi yang nanti berkarakter. Dan kita harus mengawali diri menjadi guru yang menginspirasi, keteladanan karena uswah itu adalah contoh terbaik yang diberikan oleh guru,'' ujar guru Kelas VI seraya menambahkan akan sharing ke teman-teman guru yang lain.

Sementara itu, Kepala SDT Bina Ilmu, Djamaludin SE, SPd merinci peserta dalam kegiatan sosialisasi ini. ''Kami mengundang 12 sekolah yang terdiri dari 10 SD Negeri dari kecamatan Parung yaitu, SDN 01, SDN 02, SDN 03, SDN 04, SDN Mekarwangi,  SDN Lebakwangi, SDN 01 Waru, SDN 04 Waru, SDN 05 Waru, SDN Jati Jaya. Satu SD Swasta School of Univers (SoU) Parung dan satu SD Swasta dari kecamatan Kemang, SDIT Dinamika Umat dan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan SDT Bina Ilmu yang juga dilibatkan sebagai peserta,'' tandasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement