Senin 05 Feb 2018 08:34 WIB

PTN dan PTS Diharap Menyesuaikan Perubahan Zaman

Dikotomi perguruan tinggi swasta dan negeri harus dihilangkan.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Wisuda lulusan Perguruan Tinggi.    (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Wisuda lulusan Perguruan Tinggi. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mendorong Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk mampu adaptif terhadap setiap perubahan ekonomi digital dan revolusi industri 4.0. Mulai dari pengelolaan kelembagaan, riset, kualitas sumber daya dosen, kurikulum maupun mahasiswa.

Dia mengatakan, saat ini perguruan tinggi baik negeri maupun swasta memiliki nilai yang sama, hal yang membedakan hanyalah sumber dana pengelolaan. Artinya PTS dengan akreditasi A sama nilainya dengan PTN dengan akreditasi A.

"Kita harus merubah paradigma perguruan tinggi ke depan, dikotomi perguruan tinggi swasta dan negeri harus dihilangkan. Mutu jadi tujuan utama sebuah perguruan tinggi dan akreditasi menjadi ukurannya," ungkap Nasir melalui siaran pers kepada Republika.co.id, Senin (5/2).

Selain itu, Nasir juga menyampaikan agar perguruan tinggi menjaga budaya mutu, sehingga menghasilkan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat. Sebab, dibutuhkan komitmen bersama antara pimpinan perguran tinggi dan badan pengelola perguruan tinggi.

Salah satu upaya meningkatkan mutu perguruan tinggi tersebut, lanjut Nasir, yaitu dengan melakukan penggabungan (merger) perguruan tinggi-perguruan tinggi kecil. Tujuannya adalah agar dihasilkan perguruan tinggi yang lebih sehat dan bermutu.

"Saat ini sudah ada tiga perguruan tinggi yang melakukan merger. Jika yayasan perguruan tingginya sama akan lebih mudah untuk bergabung," terang Nasir.

Salah satu upaya Kemenristekdikti untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia adalah dengan melakukan revitalisasi pendidikan politeknik. Lulusan pendidikan politeknik akan dibekali berbagai kompetensi dan sertifikasi dengan standar nasional maupun internasional sehingga siap bersaing di era global, baik sebagai tenaga kerja yang handal dan siap pakai maupun membuka usaha sendiri.

Terkait revitalisasi pendidikan vokasi, Dirjen Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Patdono Suwignjo pun memberikan 400 beasiswa bagi mahasiswa untuk mendapatkan sertifikasi kompetensi baik di dalam maupun luar negeri. Beasiswa ini khususnya ditujukan bagi mahasiswa vokasi sehingga mereka dapat bersaing di era global.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement