Jumat 23 Feb 2018 14:47 WIB

Banyak Profesor tak Produktif Menulis

Pemerintah diminta segera memperbaiki kualitas SDM di perguruan tinggi.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Kemenristekdikti
Kemenristekdikti

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pengamat Pendidikan Indra Charismiadji menilai, banyaknya profesor yang tidak produktif menulis, menunjukkan sumber daya manusia (SDM) di perguruan tinggi sangat lemah. Hal itu, menurut dia juga telah mencerminkan kualitas pendidikan Indonesia yang berada di level kritis.

"Balik lagi kita mau berpikir untuk kepentingan peroroangan atau kelompok, atau kepentingan nasional. Kalau kepentingan nasional mereka tidak layak jadi guru besar," kata Indra di Jakarta, Kamis (22/2).

Karena itu dia mendesak, pemerintah untuk segera memperbaiki kualitas SDM di perguruan tinggi. Jika tidak direspon secara cepat, maka akan merugikan berbagai aspek khususnya mahasiswa.

"Kalau kata pepatah ini seperti guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Kalau gurunya tidak bisa menjalankan aturan, maka muridnya lebih kacau lagi. Jadi jangan menyalahkan pihak-pihak tertentu karena SDM tidak baik," kata Indra.

Menurut dia, langkah Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang menunda evaluasi profesor dinilai tidak tegas dalam menegakkan aturan. Sebab, membuat jurnal memang sudah menjadi kewajiban para profesor.

"Wong aturannya sudah jelas. Bukannya (menulis jurnal) itu wajib. Jika tidak mampu apa yang mereka (profesor) kerjakan?" kata dia.

Sebelumnya, merujuk pada aplikasi Science and Technology Index (SINTA) Ristekdikti selama tiga tahun terakhir, per akhir 2017 ada 2.678 profesor yang tidak memenuhi syarat publikasi sesuai dengan Permenristekdikti Nomor 20/2017.

Adapun jumlah profesor di seluruh perguruan tinggi di Indonesia mencapai 5.366 profesor. Namun, yang mengirimkan jurnal ke aplikasi SINTA Ristekdikti untuk dievaluasi hanya 80,1 persen atau sekitar 4.299 profesor. Parahnya, hanya hanya 1.551 yang telah memenuhi syarat publikasi sesuai syarat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement