REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir optimistis angka partisipasi kasar (APK) Pendidikan Tinggi akan meningkat dengan pendidikan jarak jauh (PJJ). Dengan PJJ, pada tahun 2022-2023 ditargetkan APK pendidikan tinggi Indonesia mencapai angka 40 persen.
"APK Pendidikan Tinggi Indonesia baru pada angka 31,5 persen, dengan skema peningkatan akses secara konvensional. Dengan PJJ saya optimis APK bisa di angka 40 persen," kata Nasir melalui siaran pers kepada Republika, Rabu (7/3).
Nasir mengungkapkan, baik perguruan tinggi negeri maupun swasta bisa menjalankan program PJJ sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Kemenristekdikti. Sehingga, Kopertis pun memiliki tugas pembinaan terhadap perguruan tinggi swasta yang ingin mengembangkan PJJ di kampus mereka.
"Perguruan tinggi yang belum memiliki program jarak jauh dapat belajar dari perguruan tinggi yang sudah memiliki program tersebut," kata Nasir.
Nasir mengatakan, jumlah perguruan tinggi di beberapa wilayah di Indonesia seperti Papua dan Papua Barat masih terbatas. Karena itu, PJJ merupakan salah satu solusi tepat untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi di daerah tersebut.
Pendidikan tinggi, lanjut Nasir, menjadi salah kunci dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara. Sehingga Kemenristekdikti pun mengemban tanggung jawab besar untuk meningkatkan akses pendidikan tinggi untuk seluruh anak bangsa dari Sabang sampai Merauke.
Karena itu, PJJ dengan proses pembelajaran daring sangat membutuhkan dukungan infrastruktur jaringan internet yang baik. Nasir pun telah meminta dukungan dari PT. Telkom untuk meningkatkan jaringan internet di perguruan tinggi wilayah Papua dan Papua Barat agar tidak tertinggal dari perguruan tinggi di pulau Jawa.
"Kedepannya diharapkan program pembelajaran daring tersebut dapat berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu PT dalam menghadapi persaingan secara global," kata dia.