REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Madrasah dan lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, diniyah, dan perguruan tinggi Islam adalah garda terdepan kampanye moderasi Islam di Indonesia. Apalagi, madrasah memiliki banyak kelebihan yang tak dimiliki sistem pendidikan lain.
Pernyataan itu disampaikan Kepala Biro Humas Data dan Informasi, Mastuki di hadapan jurnalis saat media briefing di Kantor Kemenag, Jumat (23/03). Mastuki menegaskan, perlunya pengarusutamaan madrasah dalam kebijakan strategis pendidikan nasional. Bukan lagi sebagai subsistem, tapi bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional.
"Menjadikan madrasah sebagai mainstream pendidikan nasional bukanlah omong kosong. Madrasah memiliki banyak kelebihan yang tak dimiliki sistem pendidikan lain. Selain sebagai garda terdepan moderasi Islam di Indonesia, madrasah unggul dalam integrasi agama dan sains yang dibutuhkan generasi bangsa ini," ungkapnya.
"Madrasah selama ini juga sangat afirmatif terhadap kalangan rakyat yang rentan secara ekonomi, dibuktikan dengan biaya pendidikan yang murah terjangkau. Selain itu, kelebihan madrasah terletak pada fungsinya melahirkan kelas menengah muslim yg aware kepada nilai kebangsaan dan NKRI," tambahnya.
Baca Juga: Status 1.500 Madrasah Diusulkan Menjadi Negeri
Mastuki menyebutkan, selama ini, pendukung utama madrasah adalah masyarakat Muslim yang berada di pedesaan dan kampung-kampung yang jauh hingga daerah perbatasan. Namun dalam perkembangannya, madrasah bisa tampil sebagai lembaga pendidikan pilihan masyarakat muslim perkotaan.
"Fenomena madrasah di perkotaan seiring dengan bangkitnya kelas menengah muslim yang menginginkan anaknya mendapat pendidikan yang bermutu. Dan madrasah dapat menyediakan kebutuhan itu sehingga kalangan muslim rame-rame menyekolahkan anaknya ke madrasah. Itu kelebihan lain yg saat ini dipunyai madrasah," paparnya.
Mengomentari banyaknya pendaftar di madrasah dalam ujian masuk berstandar nasional (UAMBN) tahun 2018 ini, Mastuki menyatakan itu sebagai konsekuensi logis dari membaiknya layanan yang diberikan madrasah dan meningkatnya kepercayaan masyarakat (public trust) terhadap madrasah.
Di akhir paparannya, Mastuki mengajak media lebih concern memberitakan madrasah dan lembaga pendidikan Islam. Dia mengimbau Ditjen Pendidikan Islam lebih terbuka pada media dan mengajak awak media langsung mendatangi madrasah model, madrasah program khusus, atau pesantren di perbatasan dan daerah 3T.