REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai pendidikan berkarakter yang diusung pemerintah masih perlu dievaluasi. Sebab, hingga kini praktik kecurangan dalam ujian masih berlangsung.
"Kalau masih banyak kecurangan, berarti pendidikan karakter dinilai tidak berhasil," kata Wakil Sekretaris Jenderal FSGI Fahriza Marta Tanjung kepada Republika, Selasa (27/3).
Dia mengatakan, pendidikan karakter yang selama ini diusung oleh pemerintah adalah hal positif dan sangat baik. Kendati demikian, adanya praktik kecurangan ataupun kebocoran soal ujian menjadi peringatan dan memunculkan pertanyaan sejauh mana transparansi telah dijunjung oleh siswa.
Selain itu, menurut dia, hingga saat ini kultur pendidikan di berbagai daerah belum berjalan baik. Alasannya, baik siswa, guru maupun masyarakat, masih menganggap nilai sebagai tujuan utama dalam belajar.
Padahal seharusnya, proses belajar dan kemampuan siswa pun penting diutamakan. "Kultur pendidikan masih belum berjalan dengan baik. Maksudnya kultur pendidikan itu mengarah pada semua lini mulai dari guru, kepala sekolah, pemerintah daerah. Karena mereka belum bisa memastikan tidak ada kecurangan," jelas dia.
Sebelumnya, dugaan kebocoran soal terjadi di Kota Bandung. Pada Senin (26/3), Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung melaporkan dugaan kebocoran soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) ke Komisi V DPRD Jabar.
Menurut Ketua FAGI Kota Bandung yang juga Anggota Dewan Pendidikan Jabar, Iwan Hermawan, FAGI mendapatkan laporan ada soal USBN dan kunci jawaban beredar. Dari laporan itu, FAGI pun membuat tim investigasi dan masuk ke grup WA dan line yang dibuat untuk mendistribusikan soal dan jawaban tersebut.
Ternyata, info tersebut benar dan timnya bisa mendapatkan bukti tersebut. "Hari ini (26/3), kami menyampaikan ke Disdik dan Komisi V semua bukti kebocoran soal tersebut," kata Iwan.