REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Forum Aksi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung, terus melakukan investigasi terkait dugaan kebocoran soal Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). Menurut Ketua FAGI Kota Bandung yang juga Anggota Dewan Pendidikan Jabar, Iwan Hermawan, pihaknya tak dilibatkan dalam tim yang dibentuk oleh Dinas Pendidikan (Disdik) Jabar.
"Kami tak keberatan tak masuk dalam timnya Disdik Jabar karena kami pun sudah melakukan investigasi sendiri," ujar Iwan kepada wartawan, Rabu (28/3).
Iwan mengatakan, ia menuntut tim dari pemerintah untuk melakukan investigasi se-obyektif mungkin. Tim pun, harus jujur mengemukakan hasil temuannya pada semua masyarakat.
"Dari hasil analisis yang kami lakukan, ada maladministrasi dalam pembuatan soal tersebut," katanya.
Iwan menjelaskan, maladministrasi tersebut dalam artian ada ketidaksesuaian padaproses pembuatan soal dengan pos pembuatan soal oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Seharusnya, pengerjaan soal tersebut sebesar20 persen oleh pusat dan 75 persen dikerjakan olehMusyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang ada di tingkat kota/kabupaten.
Iwan mencontohkan, di Jatim pembuatan soal 75 persennya oleh kabupaten/kota masing-masing. Di Jateng, soal 75 persennya dikerjakan oleh MGMP satuan pendidkan. Jadi, soalnya berbeda-beda.
"Kalau provinsi Jabar dibuat oleh tim provinsi. Jadi ini riskan. Kalau bocor, bisa se provinsi bocornya. Sedangkan di Jatim kalau bocor hanya se kabupaten/kota dan di Jateng hanya per wilayah," kata Iwan seraya mengatakan padahal Kemendikbud sudah memberi kepercayan pada MGMP untuk membuat soal berdasarkan PP No 19/2005 tentang Evaluasi Pendidikan.
Temuan kedua, kata dia, ia menemukan ada perjalanan panjang perjalanan soal dari tingkat bidang ke sekolah. Yakni, dari bidang ke KCD (Kantor Cabang Dinas), lalu ke MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah), lalu ke K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan terakhir ke Kepsek.
"Perjalanan soalnya ini terlalu panjang. Ini harus diselidiki apakah ada yang sengaja membocorkan, ada yang komputernya ada LAN nya atau seperti apa. Akibat perjalanan terlalu panjang ini riskan," katanya.
Temuan terakhir, kata Iwan, ia menemukan kesalahan fatal karena kunci jawaban diberikan bersamaan dengan naskah soal. Semuanya, disatukan dalam satu file dan diberikan bersama-sama saat ujian.
"Harusnya kunci jawaban itu diberikan setelah selesai. Ini yang terjadi, kunci jawaban diberikan bahkan dengan password kunci jawaban semua soal password-nya ada. Ini sangat riskan," katanya.
Dikatakan Iwan, FAGI sudah melakukan investigasi kebocoran dan indikasi faktor penyebabnya. FAGI, sudah selesai investigasinya sekarang tinggal membandingkan hasilnya sama atau berbeda dengan tim yang dibentuk pemerintah.
"Masyarakat bisa membandingkan hasilnya. FAGI menuntut mereka harus terbuka," katanya.
Sebelumnya, Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Ahmad Hadadi, tim investigasi ini terdiri atas Dinas Pendidikan Jabar, Dewan Pendidikan, MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah), K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah), dan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
"Sementara fokus di Kota Bandung, tim diberi waktu satu pekan untuk menginvestigasi. Kita ingin memperjelas isu USBN ini," ujar Hadadi kepada wartawan, Senin (26/3).