REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Menteri Riset,Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), M Nasir meminta skema pinjaman mahasiswa (student loan) tidak dikenai bunga. Hal itu agar pinjaman tidak memberatkan mahasiswa atau calon mahasiswa.
Pemerintah, kata dia, masih terus menggodok skema pinjaman mahasiswa tersebut. Soal rencana itu juga sudah ditindaklanjuti oleh Menteri Kooordinator (Menko) Perekonomian. Program Pinjaman Mahasiswa itu diusulkan Presiden Joko Widodo dalam rangka mengubah kebiasaan masyarakat yang umumnya mudah mengajukan kredit untuk barang konsumsi menjadi kredit untuk jasa pendidikan.
Kemenristekdikti memiliki tugas menarik para kreditur untuk menyalurkan pinjaman mahasiswa. Dalam perkembangannya, instruksi presiden tersebut mulai direspons industri perbankan di tanah air.
"Salah satu perbankan yang sudah siap menyalurkan kredit pendidikan untuk mahasiswa ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk dengan produknya bernama Briguna Flexi Pendidikan," katanya usai acara DialogPendidikan Pengelolaan Akademik di Era Disrupsi Teknologi di UniversitasNgudi Waluyo (UNW) Ungaran, Kabupaten Semarang, Rabu (28/3).
Nasir juga menjelaskan, kredit pendidikan tersebut tidak hanya bisa diajukan oleh mahasiswa strata satu. Namun juga mahasiswa program magister dan doktoral. Plafon tertinggi yang bisa diambil dalam kredit tersebut sebesar Rp 150 juta.
Ia juga mengatakan, khusus untuk penawaran Briguna Flexi Pendidikan melalui BRI merupakan pinjaman lunak. "Kami ingin ke depan kalau bisa ya bunganya nggak ada," ujarnya.