REPUBLIKA.CO.ID, SORONG -- Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sorong, Papua Barat, menggelar pelatihan sekaligus workshop “Penerapan Kurikulum 2013 Program PAUD dan Pendidikan Kesetaraan”, di Sorong, Papua Barat, 26-28 Maret 2018. Kegiatan yang didukung oleh Unicef itu mengundang nara sumber pakar kurikulum dan media pembelajaran dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan, yaitu Zulfikri Anas dan E Oos M Anwas. Keduanya juga peneliti di Indonesia Bermutu.
“Kegiatan ini dilakukan mengingat tahun depan semua semua satuan pendidikan harus menerapkan Kurikulum 2013,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sorong, Kepas Kalasuat saat membuka kegiatan tersebut, Senin (26/3).
Ia menambahkan, Kurikulum 2013 menekankan pencapaian kompetensi secara utuh. Pembelajarannya berbasis aktivitas dan fokus pada pelayanan individu agar setiap peserta didik menjadi orang yang kompeten, profesional, cerdas, dan berakhlak mulia.
“Sejalan dengan itu, PAUD diharapkan mampu membangun pondasi melalui penguatan karakter sejak dini sehingga anak-anak cinta belajar, cinta lingkungan, cinta kebersamaan, cinta kerukunan, dan cinta kesatuan. Hal itu sebagaimana yang menjadi program Nawacita, terutama terkait poin (3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan,” ungkap Kepas Kalasuat dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (31/3).
Selain itu, kata Kepas, mengingat kondisi gorgrafis dan berbagai faktor lainnya, pendidikan kesetaraan yang bermutu merupakan langkah strategis untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas. “Di samping pemahaman untuk membumikan kurikulum, pendidikan kesetaraan di Papua Barat ini perlu didukung oleh modul-modul pembelajaran yang praktis dan mengembangkan kecakapan hidup fungsional yang berbasis keunggulan dan kearifan lokal”, tegasnya.
“Kurikulum membuat guru pusing, ribet, membosankan, dan membebani. Tanpa kurikulumpun anak-anak bisa belajar apa adanya,” kata demikian antara lain jawaban pesertadi awal kegiatan ketika menjawab pertanyaan: pakar kurikulum Zulfikri Anas, “Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika mendengar kata kurikulum?”
Namun, setelah melalui beberapa rangkaian kegiatan, jawaban itu berubah menjadi sebaliknya.Setelah melalui diskusi dan kerja kelompok, dengan cepat, peserta dapat menarik kesimpulan bahwa “Kurikulum bergantung pada kita. Bila kita berpikir rumit, maka ia akan rumit. Bila kita memahami kompetensi yang dikembangkan di situ akan tergambar dengan jelas proses dan penilaian yang akan dilakukan. Kurikulum adalah janji dan keikhlasan kita dalam mendampingi anak didik agar mencapai kompetensi yang mereka butuhkan untuk hidup; kurikulum memberikan jalan begi setiap siswa untuk mengubah diri ke arah yang lebih baik; dan bagi guru, kurikulum menjadi referensi agar tidak salah dalam mendidik anak-anak. Dengan demikian, kurikulum dapat dikatakan sebagai peluang bagi guru untuk melipatgandakan nilai amal. Hal ini sesuai dengan tugas kita sebagai guru yang menjadi penerang kegelapan bagi siswa.”
Untuk sampai pada pemahaman itu, kata Zulfikri Anas, peserta dilatih untuk memahami kurikulum dengan benar, menganalisisdan menerjemahkankompetensi yang ada dalam kurikulum kedalamrancangan pembelajaran yang sesuai dan kontektual . “Pelatihan tiga hari ini membuat guru merasa plong: ternyata kurikulum itu memudahkan, mengisnpirasi, dan menyenangkan. Itulah kesimpulan dan testimoni peserta di akhir pelatihan,” ujar Zulfikri Anas.
Pakar pendidirikan E Oos M Anwas mengemukakan, menyiapkan dan menggunakan media pembelajaran yang tepat menjadi alat bantu memudahkan guru dalam membumikan kurikulum. “Melalui media yang tepat, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna karena nilai-nilai (values) yang terkandung dalam setiap materi pelajaran akan muncul dengan sendirinya,” katanya.
Hal itu dapat terjadi karena proses belajar berjalan secara alamiah. “Artinya, pesan-pesan moral yang terkandung dalam setiap pengetahuan atau materi pembelajaran akan mudah ditangkap oleh peserta didik karena nilai-nilai itu terimplementasi dalam setiap aktivitas peserta didik,” tuturnya.
Media pembelajaran akan menjaga kesinambungan, koherensi, dan konsistensi antara kurikulum sebagai perencanaan atau kebijakan dengan kurikulum sebagai proses sehingga proses pembelajaran yang terjadi benar-benar mampu mewujudkan tujuan yang diinginkan, yaitu anak yang cerdas, terampil, dan berbudi pekerti baik, dengan karakter yang kuat. “Dengan demikian, proses penguatan nilai-nilai karakter melalui pembiasaan akan terjadi dengan sendirinya dan proses itu berlangsung secara alami,” tegas Oos.
Kepala Bidang PAUD dan Non Formal, Dinas Pendidikan Kabupaten Sorong, Reinhard Simamora optimistis pelatihan dan workshop tersebut bermanfaat bagi para peserta. “Melihat antusiasme dan perubahan paradigma para guru terhadap kurikulum, kami optimistis untuk menyongsong Indonesia Emas walau kami jauh di pinggiran,” kata Reinhard Simamora.
Untuk itu, tahun depan pihaknya akan menyiapkan program-program yang praktis, mudah diterapkan oleh guru dan para tutor, misalnya melalui kegiatan penyusunan bahan ajar, media pembelajaran dan modul-modul yang benar-benar menginsprasi peserta didik dan guru/turor. “Untuk itu, kami siap menjadi model bagaimana membuat kurikulum yang bersahabat dengan guru dan siswa, yaitu kurikulum yang memudahkan dan tidak membebani,” ujarnya.
Menurutnya, persepsi tentang kurikulum yang selama ini dianggap rumit harus segera diubah.Perubahan pola pikir (mindset) dapat terjadi di mana saja, kapan saja, asalkan kita mau.“Untuk mewujudkan itu, maka dalam kegiatan ini kami mengolaborasikan antara narasumber pusat dengan tim instruktur daerah. Hal ini mempercepat proses transfer pola pikir,” papar Simamora.
Simamora menyampaikan harapan kepada semua pihak, terutama Pusat Kurikulum dan Perbukuan, serta Indonesia Bermutu untuk senantiasa mendampingi Dinas pendidikan Kabupaten Sorong. “Kami siap mewacanakan ke berbagai pihak untuk membentuk tim Sorong Bermutu dengan fokus kegiatan pada peningkatan mutu pendidikan melalui berbagai kegiatan, termasuk penyelenggaraan pendidikan kesetaraan yang dipadu dengan program pemberdayaan masyarakat,” tuturnya.