REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebanyak delapan guru Taman Kanak-kanak (TK) DKI Jakarta mengikuti seminar internasional autis yang digelar di Johor, Malaysia, 29-31 Maret 2018.
Mereka adalah Eka Putri Handayani dan Erna Yusnita dari (TK Islam Alifa), Atih kurniati (TK Kreativitas Anak Indonesia ), Iryanti (TK Nusa Indah II), Boky Nur Astuti (TK Cikal), Yeni Nuraeni (TK IT Buah Hati), Wiwin Muhyi Susanti (TK Gladi Siwi), dan Siti Mawati (TK Dewi Sartika).
Kegiatan bertema “Johor Autism Summit” (JAS) 2018 diadakan oleh Hospital Penawar Johor. Seminar tersebut mengundang pemateri dari beberapa negara, termasuk dari Indonesia.
Pembicara dari Indonesia adalah dosen Uhamka Jakarta, Dony Darma Sagita. Ia membawakan paper tentang sekolah inklusi di DKI Jakarta. Pembicara lainnya adalah Eka Putri Handayani yang juga aktif sebagai peneliti Indonesia Bermutu (IB) dan pimpinan Alifa Kids Centre Jakarta.
Salah seorang peserta sekaligus pembicara, Eka Putri Handayani mengatakan, seminar tersebut diisi penyampaian materi dan diskusi tentang autisme. “Di antaranya ada materi tentang pengenalan anak autis, pendekatan pembelajaran terhadap anak autis, pengasuhan dan pendampingan anak autis, konseling terhadap anak autis dan berbagai topik lainnya,” kata Eka Putri melalui rilis yang diterima Republika.co.id, Selasa (3/4).
Kemudian workshop tentang therapy (terapi) terhadap anak autis, seperti Sensory Therapy, terapi Cognitive dan Sosial Skills, terapi Activities of Daily Living (ADL), persiapan sekolah dalam penerimaan anak autis, therapy bahasa, penanganan anak autis dan lainnya.
Para guru TK dari DKI Jakarta, kata Eka, terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan tersebut dari hari pertama sampai hari terakhir. “Seminar ini sangat luar biasa. Kami memperoleh banyak pelajaran dan ilmu yang dapat kami kembangkan di sekolah,” ujarnya.
Menurut dia, belum pernah di Indonesia dilakukan kegiatan seperti ini terutama dalam menyikapi topik autis. Misalnya, bagaimana mengubah pandangan orang tua yang memiliki anak autis, pola asuh terhadap anak autis, pendampingan anak autis di sekolah. “Selama ini di ketahui bahwa pola asuh dan pendampingan terhadap anak autis di Indonesia belum maksimal,” tutur Eka.
Semua peserta, kata Eka, sepakat untuk menerapkan ilmu yang mereka dapat di Malaysia tersebut di sekolahnya masing-masing. “Kami ingin menerapkan ilmu dan pembelajaran yang kami dapatkan dari kegiatan seminar tersebut di Indonesia, dimulai dari sekolah tempat kami mengajar. Sehingga, sekolah peka terhadap permasalahan anak autis ini,” tutur Eka Putri Handayani.