REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menyatakan ujian nasional berbasis komputer (UNBK) masih banyak menyisakan persoalan. Tak hanya terkait dengan permasalahan teknis, namun juga persoalan nonteknis seperti keluhan siswa terkait soal matematika yang dirasa sulit.
“Kesulitan para siswa menjawab soal soal UNBK matematika tersebut diakibatkan oleh ketidaksamaan soal yang keluar dengan kisi-kisi soal dan try out yang sudah dilakukan berkali-kali sebelum UNBK. Tentu hal ini membuat kondisi psikologis siswa terganggu,” kata Wakil Sekjen FSGI Satriwan Salim dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Sabtu (14/4).
Satriawan mengatakan, para siswa merasa telah belajar optimal sesuai dengan kisi-kisi dan try out yang telah dipelajari selama berbulan-bulan. “Tapi soal yang keluar ternyata jauh dari perkiraan,” ujar dia yang juga merupakan guru SMA di Jakarta.
FSGI mengetahui, mendikbud telah meminta maaf melalui media massa, setelah para peserta UNBK SMA tahun 2018 mengeluhkan sulitnya soal-soal UNBK, terutama mata uji matematika. FSGI menilai hal ini mungkin saja dapat meredakan derasnya komentar pedas para siswa di berbagai media sosial.
Namun FSGI menilai, pengakuan dan permintaan maaf tersebut tidak cukup. Kemendikbud seharusnya turut mengevaluasi menyeluruh atas soal-soal UNBK yang telah keluar.
FSGI juga menyoroti cepatnya pihak kemedikbud, khususnya kepala puspendik yang mengakui, pemerintah memang menaikkan tingkat kesulitan soal UNBK tahun ini. Menurut mendikbud, soal UNBK 2018 sudah menerapkan high order thinking skills (HOTS) dan telah sesuai dengan kisi-kisi.
"Mendikbud boleh yakin karena para bawahannya pasti menyakinkan sudah sesuai kisi-kisi, namun para peserta UNBK tidak sekadar tahu kisi-kisi, mereka juga mengerjakan soalnya sendiri sehingga bisa merasakan dan menyimpulkan tingkat kesulitan soal yang tinggi,” ujar pengurus SGI Mataram, Mansur, yang juga guru SMA di Lombok Barat.