Selasa 17 Apr 2018 21:31 WIB

Muhadjir Bertekad Mengarusutamakan Ilmu Sosial

Muhadjir ingin ilmu sosial mengambil peran dalam arah perjalanan bangsa.

Red: Ratna Puspita
Muhadjir Effendy.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Muhadjir Effendy.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial (HIPIIS) Muhadjir Effendy mengatakan bertekad mengarusutamakan ilmu sosial. Dia juga ingin agar ilmu sosial dapat mengambil peran dalam arah perjalanan bangsa ke depan.

"Perkembangan ilmu sosial mengalami ketertinggalan yang cukup serius. Oleh karena itu, kami ingin mengarusutamakan kembali ilmu sosial," ujar Muhadjir usai rapat kerja HIPIIS di Jakarta, Selasa (17/4).

Muhadjir mengakui ilmu sosial mengalami proses peminggiran. Oleh karena itu, HIPIIS berupaya untuk menghidupkan kembali HIPISS tersebut.

Dia juga mengaku akan berupaya agar HIPIIS ingin berkontribusi dalam merespon masalah-masalah sosial. Untuk menghadapi revolusi industri 4.0, ilmu sosial mempunyai tiga peran.

Dia menyebutkan ilmu sosial harus bisa mendahului perkembangan atau dalam hal ini antisipatif. Selain itu, ilmu sosial harus bisa mengiringi perkembangan teknologi informasi dan digital. Terakhir, ilmu sosial harus mengejar ketertinggalannya. 

"Nanti, kita akan menerapkan penelitian di daerah-daerah berdasarkan letak geografisnya. Teori-teori makro dan riset-riset yang lebih bersifat parsial dan khas untuk mengangkat serta mengaktualisasikan keanekaragaman," papar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Mendikbud menambahkan ilmu sosial harus berpihak pada kepentingan tertentu yakni kepentingan negara. "Kalau dulu zaman kolonial, ilmu-ilmu seperti ini digunakan untuk kepentingan penjajah, maka sekarang digunakan untuk kepentingan negara," imbuh dia.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ اَللّٰهُ نُوْرُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ مَثَلُ نُوْرِهٖ كَمِشْكٰوةٍ فِيْهَا مِصْبَاحٌۗ اَلْمِصْبَاحُ فِيْ زُجَاجَةٍۗ اَلزُّجَاجَةُ كَاَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُّوْقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُّبٰرَكَةٍ زَيْتُوْنَةٍ لَّا شَرْقِيَّةٍ وَّلَا غَرْبِيَّةٍۙ يَّكَادُ زَيْتُهَا يُضِيْۤءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌۗ نُوْرٌ عَلٰى نُوْرٍۗ يَهْدِى اللّٰهُ لِنُوْرِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَيَضْرِبُ اللّٰهُ الْاَمْثَالَ لِلنَّاسِۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ۙ
Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

(QS. An-Nur ayat 35)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement