REPUBLIKA.CO.ID, PARUNG -- Sekolah Bina Ilmu terletak di sebuah desa, di Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tepatnya Jalan Haji Mawi Nomor 03 Parung. Untuk mencapai sekolah yang mengelola jenjang pendidikan TK dan SD tersebut, dari arah Jalan Raya Parung-Bogor, harus melewati jalur macet Pasar Parung.
Meskipun demikian, banyak dosen UIN Jakarta bergelar doktor, ustaz, guru maupun pengusaha yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Hal itu karena mereka percaya mutu sekolah yang didirikan oleh Haji Damanhuri Zuhri (wafat 2 Januari 2017, Red), seorang wartawan Harian Republika dan da’i alumni Pondok Modern Gontor dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Sekolah Bina Ilmu mengelola dua jenjang pendidikan. Yakni, TK (mulai tahun 1997) dan SD (mulai tahun 2004).
Suatu hari, saat awal mendirikan Sekolah Bina Ilmu, Damanhuri ditanya, “Pak Haji, apa target Sekolah Bina Ilmu?”
Spontan dia menjawab, “Enggak muluk-muluk. Alumninya bisa diterima di Gontor.”
Jawaban yang sederhana tapi bermakna. Sebagai alumni Pondok Modern Gontor, Damanhuri tahu persis betapa berat saingan untuk masuk Gontor. “Setiap tahun, yang melamar ke Gontor sekitar 2.000 orang, sementara yang diterima hanya 1.000 orang atau separohnya,” tuturnya.
Dengan demikian, target Damanhuri agar lulusan Sekolah Bina Ilmu bisa tembus Gontor sebenarnya target yang bukan main-main.
Dalam mengelola pendidikan, Yayasan Bina Ilmu Parung menekankan pada tiga hal, yakni menguatkan pendidikan intelektualitas, agama dan budaya. Ketiganya mendapatkan perhatian besar di pihak Yayasan.
Di mata Damanhuri dan para pengurus yayasan maupun guru-guru Bina Ilmu, ketiga hal tersebut merupakan modal dasar sukses seseorang. “Orang yang kuat intelektualitasnya atau pintar secara akademik, kuat agamanya (baik teori maupun pembiasaan ibadah sehari-hari), serta kuat budayanya (tetap berpegang teguh pada akar budaya dan tradisi), insya Allah ditaroh di manapun dia akan hidup, akan bertahan, akan maju, akan sukses dan berkah,” paparnya.
Hal inilah yang terus dikembangkan oleh pihak Yayasan, baik saat Damanhuri masih hidup maupun saat ini, setelah dia wafat. Sekolah secara bertahap terus membangun sarana dan prasarana fisik, khususnya gedung sekolah. “Namun pada saat bersamaan, juga terus memperkuat pemahaman dan pelaksanaan keagamaan para siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta mendidik para muridnya agar tidak tercerabut dari akarnya,” ujar Pembina Kesiswaan Sekolah Dasar Terpadu (SDT) Bina Ilmu, Supriyanto belum lama ini.
Untuk itulah, Sekolah Dasar Terpadu (SDT) Bina Ilmu selalu berupaya menjadi Pusat Keunggulan di Parung. Direktur Pendidikan YPU Bina Ilmu, H Momon Abdul Rohman, mengatakan, SDT Bina Ilmu pada 2017 menjadi sekolah piloting proyek Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). ''Tahun 2017 menjadi tahun yang sangat spesial. Saat ini kami dipercaya Kemendikbud menjadi Sekolah Swasta Rintisan PPK dan menjadi salah satu finalis Lomba Budaya Mutu Sekolah 2017,'' ucapnya haru.
Momon yang juga salah seorang pengurus Lembaga Kaligrafi Alquran (Lemka) meyakinkan kepada masyarakat yang ingin memercayakan pendidikan buah hatinya Ke SDT Bina Ilmu dengan tujuh alasan. Pertama, SDT Bina Ilmu, menjadi salah satu finalis Lomba Budaya Mutu Sekolah 2017. ''Kami punya tanggung jawab moral kepada orang tua yang mempercayakan pendidikan putra putrinya di lembaga kami untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang maksimal dan bermutu,''ujarnya.
Kedua, sambung Momon, full day school. Sejak sekolah ini mulai beroperasi pada 2004 sudah menjalankan program full day school. ''Alhamdulillah sampai tahun ke-13 ini tidak ada kendala dari peserta didik yang waktunya dihabiskan selama lebih kurang 10 jam di sekolah untuk kelas III sampai VI. Untuk kelas I dan II kegiatan dari pukul 06.30 sampai pukul 14.00 WIB.''
Alasan ketiga, kata Momon, Islami dan berkarakter. ''Program yang dilaksanakan di sini seluruhnya bermuara pada aspek ketauhidan. Jadi apapun pembelajarannya ujung-ujungnya berkaitan dengan kebesaran Allah SWT. Sehingga diharapkan peserta didik berkarakter Islami dalam kehidupannya.''
Keempat, sebagai pusat keunggulan. Sekolah, sambung Momon, menjadi sarana untuk menumbuhkan bibit bibit unggul.
Alasan kelima, seimbang antara Imtak dan Iptek. Tidak bisa dipungkiri, kata Momon, pendidikan saat ini harus dikuatkan iman dan takwanya dulu sebagai benteng dari ibadah dan muamalah. ''Setelah akidahnya kokoh, baru anak-anak kita bekali ilmu pengetahuan dan teknologi supaya bisa menjadi khalifah di muka bumi yang rahmatan lil alamin.''
Keenam, fasilitas minimalis, aktivitas dinamis. Sejak awal didirikan, sekolah Bina Ilmu sangat minim fasilitas. Namun dengan kondisi seperti ini menjadi pemicu untuk bergerak dan berkreasi dalam menuangkan ide-ide program guna meningkatkan mutu pendidikan. ''Dengan beragam aktivitas menjadi daya tarik masyarakat untuk mempercayakan pendidikan anak-anak mereka di Bina Ilmu.''
Dan alasan ketujuh, kualitas memukau, harga terjangkau. ''Dengan biaya pendidikan yang terjangkau untuk kalangan menengah ke bawah, alumnus SDT Bina Ilmu tersebar di sekolah-sekolah negeri maupun swasta, universitas, dan pondok pesantren modern baik dalam maupun luar negeri. Banyak juga yang sudah menjadi hafizh Alquran 30 Juz.''
Kepala SDT Bina Ilmu, Djamaludin, SE, S.Pd mengatakan, SDT Bina Ilmu selalu berupaya menanamkan nilai-nilai karakter yang bersumber dari Alquran dan Sunah Nabi Muhammad SAW. Memasuki Tahun ke-13 telah banyak menyumbangkan prestasi baik akademis maupun non akademis.
Kepala SDT Bina Ilmu, Djamaludin, SE, S.Pd, mengatakan, tahun ini bersama 318 murid, 28 tenaga pendidik dan kependidikan, SDT Bina Ilmu melesat bagai busur panah berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan yang sudah diakui masyarakat Parung dan sekitarnya. ''Dengan branding The Center of Exellence semua berupaya untuk menghadirkan Bina Ilmu sebagai pusat keunggulan.''
Beragam program sambung Djamal, sapaan akrabnya, sudah dijalankan dari pagi pukul 06.30 WIB hingga petang Pukul 16.00 WIB semuanya bernilai karakter. Aktivitas pagi begitu kental dengan nuasa religius. Setelah murid disambut dengan di depan gerbang mereka langsung melaksanakan shalat dhuha, tadarus Alquran, menghafal Alquran dengan metode One Day One Ayat (satu hari satu ayat). Dilanjutkan dengan literasi selama 15 menit sebelum memulai pembelajaran.
''Pembelajaran terintergasi mulai digerakkan dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Kegiatan indoor dan outdoor diramu untuk meningkatkan intelektual para murid,'' jelasnya.
Sementara itu, Ketua Bidang Kesiswaan, Nurcholis, SHI, memaparkan, aktivitas sebelum shalat Dzuhur, para murid dibekali dengan materi praktek ibadah, akidah akhlak, (tauhid), cerita teladan dan mahfudzhot serta program keputrian setiap Jum'at saat murid laki-laki melaksanakan shalat Jumat.
''Aktivitas sebelum shalat Ashar mengedepankan kemandirian seperti pidato dan imla (menulis Arab). Nasionalis dan gotong royong diimplementasikan dalam diskusi kelompok,''urainya.
Program ekstrakurikuler, sambung guru kelas III ini, menjadi bagian yang terpenting dalam mengasah minat dan bakat seluruh murid. Pramuka menjadi eskul wajib sementara eskul wajib pilihan disesuaikan dengan minat seperti Tae Kwondo, Futsal, Seni Tari, Seni Rupa, Pianika dan Bulutangkis.
Dalam kurun waktu 2016 sampai 2017 tercatat ada 45 prestasi yang ditorehkan peserta didik mulai dari tingkat kecamatan sampai tingkat nasional. Prestasi terbanyak didulang dari Tae Kwon Do disusul kegiatan Pramuka. Pidato, Cerdas Cermat, Futsal, Hafalan Alquran, Story Telling, Musabaqah Tilawatil Quran juga menambah koleksi piala di etalase.
''Capaian tertinggi dari implementasi Gotong Royong yang begitu kental di sekolah yang bernaung di bawah Yayasan Pembinaan Umat Bina Ilmu adalah berdiri megah sebuah masjid yang letaknya di depan gerbang utama Perguruan Bina Ilmu. Masjid berukuran 13 x 13 meter persegi ini digunakan untuk membina generasi dini Muslim. Pendidikan Karakter SDT Bina Ilmu dimulai dari Masjid,''ujarnya.
Program unggulan kelas VI adalah Mabit (bermalam). ''Setiap Jum'at murid kelas VI menginap di sekolah laiaknya miniatur pondok pesantren. Materi yang disajikan: tajwid, tahsin, tahfidz Alqur'an, fikih, usuludin, imla, qiyamul lail, bahasa dan olahraga. Sabtu pagi diisi dengan seri pendalaman materi untuk ujian sekolah tiga bidang studi, Bahasa indonesia, matematika dan IPA dan ditutup dengan Zuhur berjamaah,''paparnya.