REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Anak-anak harus lebih akrab dengan ‘dolanan’ atau permainan anak- anak tradisional. Karena ‘dolanan’ anak tradisional ini mengajarkan anak sebagai individu yang sportif, pantang menyerah, serta peduli lingkungan.
Pesan moral ini terungkap dari hajat Festival Dolanan Anak 2018 yang dihelat siswa/siswi SMAN 1 Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, di lingkungan sekolah mereka, Kamis (26/4).
Bagi keluarga besar SMAN 1 Ungaran, Festival Dolanan Anak ini menjadi agenda tahunan sekolah. Festival digelar dalam rangka ‘nguri-uri’ (melestarikan, red.) kekayaan dolanan anak tradisional yang kini mulai ditinggalkan oleh anak- anak.
“Kekayaan permainan tradisional yang menjadi bagian dari budaya kita, sekarang kian tersisih oleh berbagai permainan modern dan ditinggalkan anak- anak,” kata Nauval Amar (17), panitia kegiatan Festival Dolanan Anak ini.
Ia mengungkapkan, beragam permainan anak tradisional ditampilkan dalam festival ini. Seperti lomba egrang, lomba batok, balap balok, engklek basah, lomba teklek, dan lainnya.
Menurutnya, permainan anak tradisional sudah mulai ditinggalkan. Beberapa di antaranya bahkan hanya muncul dan dilombakan pada hajat tertentu, seperti Peringatan HUT Kemerdekaan.
Selebihnya, permainan-permainan ini hanya tinggal cerita dan semakin tergusur oleh permainan modern atau game yang sekarang ini mudah didapatkan melalui telepon pintar.
Padahal, menurutnya, permainan anak tradisional mengajarkan kekompakan kolektif, seperti balap teklek yang dimainkan tiap peserta tiga anak sekaligus. “Dolanan ini mengajarkan bagaimana mereka harus kompak untuk mengatur langkah,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Amar, permainan anak juga menciptakan suasana riang pada anak-anak. “Kebetulan, pada festival ini panitia menggandeng siswa dari sejumlah sekolah dasar (SD) yang ada di sekitar sekolah kami,” katanya.
Hal ini diamini oleh Hari Murti, Wakil Kepala SMAN 1 Ungaran. Menurutnya, panitia Festival Dolanan Anak mengundang anak-anak SD untuk mengikuti aneka lomba permainan anak tradisional ini.
Pihak SMAN 1, lanjutnya, dalam menggelar festival ini juga menggandeng Komite Olahraga Tradisional Indonesia (KOTI) yang ada di daerahnya (Kabupaten Semarang).
Dengan melibatkan KOTI, maka sosialisasi tentang olahraga tradisional kepada anak-anak SD di sekolahnya ini akan tersiar dan diketahui oleh masyarakat yang lebih luas lagi.
Hari juga mengamini, ada banyak manfaat dolanan anak dalam membantu membentuk karakter anak era sekarang ini. Sebab dolanan anak tradisional sejatinya juga ada nilai kompetisi, nilai filosofi, dan nilai- nilai kepedulian.
“Banyak nilai yang bisa diambil dari dolanan anak ini, seperti kerja sama, kemudian juga ada saling menghargai, saling menghormati, maupun melatih untuk berlaku sportif,” tambahnya.
Sementara itu, Festival Dolanan Anak kian semarak dengan disiapkannya aneka jajanan tradisional yang dapat dinikmati secara gratis di arena festival.
Selain itu, seluruh panitia dan siswa SMAN 1 Ungaran juga ikut memeriahkan dengan dandanan serta pakaian tradisional yang mereka kenakan pada festival kali ini.