REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, pendidikan di Indonesia masih butuh penguatan dalam menggunakan standar HOTS (high order thinking skill) sebagai salah satu standar internasional yang diakui oleh Indonesia. Muhadjir mengatakan, bahwa standar HOTS tersebut melibatkan banyak elemen dalam pendidikan.
Mulai dari pembenahan konten, metodologi, pembelajaran, guru, kesiapan murid, hingga sarana dan prasana. "Maka, evaluasi dari UNBK ini akan dilihat secara menyeluruh per wilayah karena Indonesia ini sangat besar. Peserta UNBK pada tahun ini sekitar 28 juta, jadi harus ada tindakan afirmasi dengan diberlakukannya soal berstandar HOTS tersebut," kata Muhadjir, Rabu (2/5).
Menurut dia, soal berstandar HOTS yang diterapkan pada tahun ini kurang dari 10 persen atau sekitar enam sampai delapan soal saja agar siswa mengenal standar soal tersebut. Rencananya, pemerintah akan terus menaikkan standar HOTS tersebut secara bertahap, hingga bobotnya 25 persen dari keseluruhan soal.
Agar siswa dapat menjawab soal tersebut, Kemendikbud akan membenahi kemampuan guru dengan pelatihan serta membenahi konten pelajaran, terutama pada pelajaran Matematika praktis. "Kalau bisa, kontennya betul-betul sesuai dengan kehidupan sehari-hari siswa. Untuk menerapkan standar ini, memang butuh waktu untuk mengadposinya," katanya.
Penggunaan standar HOTS ini untuk mendorong daya berpikir kritis siswa. Maka, di dalamnya ada soal yang membutuhkan pemikiran analitis siswa.
"Ada bobot soal yang siswa menjawab dengan argumen saja sudah mendapat nilai meski hasilnya keliru. Memang ini sengaja untuk mendorong budaya kritis siswa. Proses berpikir mereka dapat dilihat dari jawabannya," katanya.