REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) siap memfasilitasi organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) untuk mengembangkan pemahaman keagamaan moderat. Langkah ini guna menanggulangi radikalisme.
Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kemenpora Asrorun Niam Sholeh mengatakan organisasi kepemudaan perlu hadir untuk memenuhi kebutuhan akan dahaga para pemuda dalam hal keagamaan. “Perlu sajian menu keagamaan yang sesuai kebutuhan riil mereka, tetapi dengan mengarusutamakan moderasi," kata dia di Jakarta, Rabu (23/5).
Menurut dia, pemahaman keagamaan moderat di kalangan pemuda dan mahasiswa perlu diperkuat karena mereka rentan terpapar paham radikal. Mengutip data Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2016, Niam mengatakan 16,4 persen pelaku tindak terorisme di antaranya berlatar belakang mahasiswa.
Dia mengatakan pendekatan penanganan kasus terorisme terhadap usia muda tidak cukup dengan pendekatan punitif, penghukuman, atau pembalasan. “Akan tetapi, bagaimana langkah restoratif dan pemulihan, penyadaran dilakukan," katanya.
Niam melanjutkan, mahasiswa rentan terkena paham radikal karena kondisinya yang labil dan sedang mencari jati diri. Mereka yang haus masalah keagamaan rentan salah mencari teman dan guru untuk menimba ilmu.
Jika mendapat guru yang salah selama membimbingnya maka dapat berbahaya. “Karena dari situlah doktrin radikalisme bersemai," kata mantan ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia itu.
Selain itu, kata Niam, wawasan kebangsaan dan pendidikan bela negara perlu dikuatkan di kalangan pemuda. Hal ini, dia mengatakan, seiring semakin longgarnya semangat kebangsaan akibat perubahan sosial yang begitu cepat.
Dia menambahkan ini juga untuk menjawab dua masalah sekaligus, yakni radikalisme dan liberalisme di kalangan muda. “Akan tetapi, polanya harus dikemas dengan kekinian, sesuai dengan tren generasi millenial," kata dosen Pascasarjana UIN Jakarta itu.
Pada Selasa (22/5), Kemenpora menggelar diskusi bertema "Saatnya Pemuda Bangkit Melawan Radikalisme" dengan peserta berasal dari sejumlah organisasi tingkat pemuda. Antara lain, IPNU, IPPNU, PMII, HMI, PII, IPM, IMM, KOPRI PMII, BKPRMI, PMKRI, dan GMKI.
Selain Asrorun Niam Sholeh, pembicara lain pada diskusi tersebut adalah Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) Ali Muthohirin dan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Muhammad Nur.