Senin 02 Jul 2018 21:26 WIB

1.672 Siswa Bertanding dalam Olimpiade Sains Nasional

seluruh calon peserta OSN di Indonesia harus lolos passing grade.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah siswa mengikuti pembukaan Olimpiade Sains Nasional 2018 di Padang, Sumatera Barat, Senin (2/7).
Foto: Antara/Iggoy el Fitra
Sejumlah siswa mengikuti pembukaan Olimpiade Sains Nasional 2018 di Padang, Sumatera Barat, Senin (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Olimpiade Sains Nasional (OSN) 2018 sebagai kompetisi ilmiah tertinggi bagi siswa SD, SMP, dan SMA di Indonesia resmi dibuka di Kota Padang, Sumatra Barat pada Senin (2/7). Sedikitnya 1.672 siswa bertanding untuk memperebutkan 420 medali dalam ajang ini. Rinciannya, 70 medali emas, 140 medali perak, dan 210 perunggu akan dibawa pulang oleh siswa-siswi terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia.

OSN 2018 akan mempertandingkan mata pelajaran matematika dan IPA untuk siswa SD, serta matematika, IPA, dan IPS untuk siswa SMP. Sementara itu untuk tingkat SMA akan dipertandingkan mata pelajaran fisika, kimia, biologi, astronomi, informatika, ilmu kebumian, matematika, geografi, dan ekonomi.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad mengungkapkan, skema penyaringan peserta OSN tahun ini tak jauh beda dengan sistem yang dijalankan tahun 2017 lalu. Dalam dua tahun belakangan, pemerintah mulai memberlakukan standardisasi nilai bagi seluruh calon peserta OSN di Indonesia melalui penerapan passing grade.

"Siapapun yang lewati batas itu, berapapun jumlahnya bisa masuk ke level nasional," jelas Hamid di Universitas Negeri Padang, Senin (2/7).

Hal ini sedikit berbeda dibanding sistem seleksi pada tahun-tahun sebelumnya, yakni penjatahan bagi setiap provinsi untuk mengirimkan wakilnya. Standardisasi yang dilakukan dengan penerapan passing grade juga mengacu pada penilaian olimpiade level internasional. Melalui cara ini, provinsi bisa mengirimkan berapapun siswanya yang memiliki nilai melampaui passing grade.

Namun pemberlakukan sistem seleksi seperti ini bukan tanpa kekurangan. Kualitas pendidikan yang belum merata antarprovinsi di Indonesia dikhawatirkan membuat beberapa daerah tak sanggup mengirimkan wakilnya. Untuk menyiasatinya, pemerintah memberlakukan sistem afirmasi atau penegasan bagi beberapa daerah, khususnya di Indonesia bagian timur.

"Kami minta anak-anak terbaik di provinsi meski tidak melewati passing grade silakan dikirim. Siapa tahu dengan pola pembinaan anak-anak bisa meningkat," jelasnya.

Sebagai tuan rumah, Sumatra Barat tak ingin menyia-nyiakan gelaran kompetisi sains terbesar di Indonesia ini. Bahkan tahun ini Sumbar mengirim 40 siswa untuk berlaga di OSN 2018. Jumlah ini lebih banyak dibanding jumlah perwakilan Sumbar dalam ajang yang sama tahun lalu, sebanyak 24 siswa.

Kepala Dinas Pendidikan Sumbar Burhasman berharap, peningkatan jumlah peserta dari Sumbar bisa ikut mendongkrak perolehan medali. Bila tahun lalu Sumbar membawa pulang 9 medali, Burhasman optimistis perolehan medali tahun ini bisa lebih banyak lagi.

"Kami tak ingin membebani peserta dengan menyebut target angka medali. Namun kami yakin peningkatan jumlah peserta dari Sumbar akan memberikan prestasi yang lebih baik," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement