Ahad 08 Jul 2018 22:32 WIB

Madrasah Mampu Bersaing dengan Sekolah Umum

Pemerataan kualitas pendidikan merupakan tantangan.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Ani Nursalikah
Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, Serpong, Tangerang Selatan, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olimpiade Sains Nasional (OSN) merupakan ajang bergengsi bagi siswa SD, SMP, dan SMA. Ajang ini kini sudah memasuki tahun ke-17 dan DKI Jakarta mempertahankan gelar juara umum.

Di luar prestasi yang disandang DKI Jakarta terdapat siswa-siswi madrasah yang juga ikut serta dalam OSN 2018. Prestasi mereka pun tak kalah dengan sekolah-sekolah umum lainya. Berdasarkan data yang diterima Republika dari Kementerian Agama (Kemenag), sebanyak enam murid madrasah memperoleh emas.

Para peraih medali emas tersebut, yaitu Muhammad Raihan Agis Pradana bidang kimia (best theory, absolute winner) dari MAN 2 Kota Malang, Luthfiyah Yasmin bidang Kimia dari MAN 2 Kota Malang dan Habib Luthfi Ash Shiddiqie juga dari MAN 2 Kota Malang. Kemudian, tiga emas lainnya diraih Shania Rahmi bidang ekonomi dari MAN 2 Model Pekanbaru, Hudzaifah Afif Alfatih Nasution bidang fisika dari MAN Insan Cendekia Gorontalo dan Hilmi Nuruzzaman bidang astronomi (Best Practice) dari MAN Insan Cendekia Serpong. Selain emas, siswa-siswa madrasah juga memperoleh 15 perak dan 15 perunggu.

Kasubdit Kesiswaan Bidang Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Kementerian Agama Abdullah Faqih mengatakan prestasi siswa madrasah di OSN 2018 cukup bagus. Secara perolehan medali, kata Faqih, MAN 2 Malang termasuk paling banyak mendapatkanya dari delegasi Jawa Timur.

“Artinya madrasah sudah bisa bersaing untuk berprestasi dengan sekolah umum. Sudah berani bersaing,” ujar Faqih kepada Republika, Ahad (8/7).

Menurut Faqih, siswa-siswi madrasah yang terpilih mewakili daerahnya di OSN merupakan sebuah prestasi tersendiri. Mereka melewati berbagai tahapan seleksi  sebelum ikut ke tingkat nasional.

Mereka bukan lagi mewakili sekolah, namun provinsi. Faqih bersyukur mereka yang berprestasi tidak hanya dari madrasah negeri, tetapi juga dari swasta.

Prestasi tersebut, menurutnya, tak lepas dari proses pembelajaran yang berlangsung di madrasah. Selain itu, sistem yang terus berkembang juga turut serta menghasilkan mutu yang berkualitas.

“Tentu mereka ada ada persiapan-persiapan. Kita kan ada ekskul di setiap madrasah yang menggembleng bakat di sains. Ini akan digali bakatnya di madrasah dilatih,” kata Faqih.

Faqih menegaskan, madrasah kini berada pada level yang sama dengan sekolah umum lainnya. Madrasah juga menggunakan standar pendidikan nasional. Justru, menurut Faqih, madrasah mempunyai kelebihan dibandingkan sekolah umum, yaitu materi agama yang lebih banyak.

Kendati demikian, Faqih menilai masih banyak pekerjaan rumah yang perlu ditingkatkan ke depannya. Diantaranya, pemerataan kualitas pendidikan merupakan tantangan yang harus ditingkatkan. Sebab, di Indonesia terdapat 50-an ribu madrasah dimana 95 persen adalah swasta.

“Saya yakin kalau anak-anak madrasah, kebijakan pemerintah sama perhatiannya sama terhadap madrasah, saya kira masa depan pendidikan kita akan lebih baik karena punya kesempatan sama,” ujarnya.

Persoalan yang terjadi di lapangan, Faqih mengungkapkan, masih terjadi ketimpangan pendanaan, terutama untuk kebutuhan sarana dan prasarana. Ia meyakini jika mereka diberikan fasilitas yang sama mereka akan berkembang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement