Selasa 17 Jul 2018 17:32 WIB

ITB Kembangkan Alat Deteksi Virus Hepatitis B pada Darah

Dengan alat ini status infeksi bisa diketahui dengan cepat tanpa perlu biaya mahal

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas Bio Farma memperlihatkan vaksin Hepatitis B.
Foto: Antara/Agus Bebeng
Petugas Bio Farma memperlihatkan vaksin Hepatitis B.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Institut Teknologi Bandung bekerjasama dengan PT. Bio Farma (Persero) melakukan penelitian dan pengembangan kit diagnostik untuk mendeteksi keberadaan virus Hepatitis B pada serum atau plasma darah manusia. Selama ini penyakit Hepatitis B merupakan salah satu penyakit yang tergolong serius. 

Berangkat dari hal tersebut, Total peneliti yang terlibat dalam penelitian ini adalah 10 orang, yang diketuai oleh Ernawati Arifin Giri-Rachman M.Si., Ph.D dan dibiayai oleh LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Para peneliti menilai penyakit hepatitis B harus ditdeteksi sejak dini, jika tidak segera ditangani, penyakit tersebut dapat menyebabkan kanker hati dan berujung pada kematian. Oleh karena itu perlu upaya pencegahan terhadap infeksi Hepatitis B.

Salah satu peneliti, Meutia Diva Hakim mengatakan, dengan kit diagnostik tersebut, status infeksi seseorang bisa diketahui dengan cepat dan akurat tanpa perlu lagi menggunakan kit diagnostik impor yang harganya mahal. “Keunggulan dari kit diagnostik ini ialah komponen utamanya dikembangkan sendiri mulai dari antibody, sampai komponen penting lainnya,” katanya seperti dalam siaran pers ITB, Selasa (17/7).

Ia mengungkapkan ada dua kit diagnostik yang telah dikembangkan sementara ini, yaitu kit diagnostik untuk mendeteksi infeksi penyakit Hepatitis B, dan kit diagnostik untuk menguji keberhasilan vaksinasi Hepatitis B. Kedua kit diagnostik ini dikembangkan bersama, karena penting untuk pencegahan dan terapi. 

“Misalkan setelah dicek dengan menggunakan kit diagnostik yang pertama, tidak terdeteksi adanya infeksi Hepatitis B, maka akan diberikan vaksinasi untuk mencegah infeksi. Nah, kit yang kedua kemudian digunakan untuk menguji  keberhasilan vaksinasi,” tuturnya 

Hasil pengujian saat ini, kata dia, menunjukkan bahwa kit diagnostik yang dikembangkan tersebut memiliki sensitivitas, akurasi dan keandalan yang setara dengan kit impor yang saat ini tersedia. Diharapkan dalam waktu yang tidak lama lagi kedua kit diagnostik yang dikembangkan ini akan bisa dikomersialisasikan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement