Selasa 24 Jul 2018 23:10 WIB

PPI Dunia Gelar Simposium Bahas Kontribusi Pemuda

Simposium untuk mempererat jaringan dan tukar gagasan tentang pembangunan Indonesia

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Esthi Maharani
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) / Ilustrasi
Foto: Rosyid Hakiim
Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) / Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Pelajar Indonesia se-Dunia (PPI Dunia) akan menyelenggarakan Simposium Internasional PPI Dunia ke-10 pada tanggal 23-27 Juli 2018 di Moskow, Rusia. Simposium kali ini mengambil tema "Kontribusi Pemuda dalam Strategi Pembangunan Nasional Menuju Indonesia Emas 2045".

Koordinator PPI Dunia 2017/2018 Pandu Utama Manggala mengatakan, topik ini diangkat sebagai bentuk keyakinan bagi para cendekiawan muda berhimpun untuk mempererat networking dan saling bertukar gagasan mengenai arah pembangunan Indonesia ke depan. Pada 2045 mendatang, Indonesia akan berusia satu abad atau periode emas.

"Artinya menuju 2045 tinggal 27 tahun lagi, dan pada waktunya nanti, kemudi Indonesia akan dipegang oleh para pemimpin muda saat ini. Untuk itu, kita harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya," ujar Pandu melalui pesan tertulis, Selasa (24/7).

Dia mengatakan, menurut prediksi jumlah penduduk usia produktif di Indonesia pada tahun 2045 adalah 70 persen. Sehingga diharapkan pada tahun tersebut Indonesia dapat mencapai keemasan dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Ini juga merupakan tantangan bagi pemuda Indonesia saat ini untuk ikut berpartisipasi dalam membangun Indonesia menjadi lebih baik," kata Pandu.

Yang istimewa, jelas dia, simposium Internasional kali ini akan diikuti oleh delegasi dari 41 PPI Negara dan 45 BEM Universitas di Indonesia dengan jumlah peserta lebih dari 160 orang, terbanyak sepanjang sejarah perhelatan Simposium Internasional PPI Dunia.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia Rusia (PERMIRA) Jeff Timothy Kalengkongan mengatakan, simposium Internasional ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran dan sinergitas pelajar dan mahasiswa Indonesia di luar negeri terhadap bangsa dan negara Indonesia. Sekaligus untuk mempererat silaturahmi sekaligus menjalin persahabatan yang kokoh antar sesama mahasiswa Indonesia di mancanegara.

"Ini bukan hanya wadah bagi pemuda/pemudi Indonesia yang menuntut ilmu di seluruh penjuru dunia untuk berkumpul menjalin persahabatan, tetapi juga sebagai wadah untuk belajar dan memahami tantangan global, mencari solusi dan bersuara menuangkan pokok gagasan," jelas Jeff.

Tidak hanya iitu saja, menurut Jeff,nantinya buah pemikiran itu akan diterbitkan dalam sebuah buku untuk kemudian diserahkan kepada pemerintah sebagai usulan dari generasi muda terhadap tantangan yang dihadapi bangsanya. Dengan demikian, diharapkan bahwa kontribusi pemuda dapat menjadi pertimbangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh pemerintah di masa yang akan datang.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
مِنَ الَّذِيْنَ هَادُوْا يُحَرِّفُوْنَ الْكَلِمَ عَنْ مَّوَاضِعِهٖ وَيَقُوْلُوْنَ سَمِعْنَا وَعَصَيْنَا وَاسْمَعْ غَيْرَ مُسْمَعٍ وَّرَاعِنَا لَيًّاۢ بِاَلْسِنَتِهِمْ وَطَعْنًا فِى الدِّيْنِۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ قَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا وَاسْمَعْ وَانْظُرْنَا لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَقْوَمَۙ وَلٰكِنْ لَّعَنَهُمُ اللّٰهُ بِكُفْرِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
(Yaitu) di antara orang Yahudi, yang mengubah perkataan dari tempat-tempatnya. Dan mereka berkata, “Kami mendengar, tetapi kami tidak mau menurutinya.” Dan (mereka mengatakan pula), “Dengarlah,” sedang (engkau Muhammad sebenarnya) tidak mendengar apa pun. Dan (mereka mengatakan), “Raa‘ina” dengan memutar-balikkan lidahnya dan mencela agama. Sekiranya mereka mengatakan, “Kami mendengar dan patuh, dan dengarlah, dan perhatikanlah kami,” tentulah itu lebih baik bagi mereka dan lebih tepat, tetapi Allah melaknat mereka, karena kekafiran mereka. Mereka tidak beriman kecuali sedikit sekali.

(QS. An-Nisa' ayat 46)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement