REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Pendidikan Indra Charismiaji menyebutkan bahwa secara umum, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah. Sehingga dibeberapa daerah, masih kerap terjadi kekerasan-kekerasan di lingkungan sekolah, yang seringkali berujung kematian.
Menurut Indra, terkait kasus tewasnya seorang siswa kelas 6 SD di Kabupaten Garut berinisial FNM (12 tahun) karena luka sabetan benda tajam setelah berkelahi dengan teman sekelasnya ada banyak faktor yang bisa mempengaruhi. Namun yang pasti, jika memang anak memiliki ilmu pengetahuan yang cukup maka dia akan lebih menghargai nyawa orang lain.
"Secara umum memang kualitas pendidikan kita rendah. Orang yang cerdas akan sangat menghargai nyawa orang lain," kata Indra kepada Republika, Rabu (25/7).
(Baca: Kemendikbud akan Terjunkan Tim Tangani Duel Bocah Maut)
Dia mengatakan, selama ini Indonesia juga tidak memiliki cetak biru dalam bidang pendidikan. Hal itu sangat berpengaruh pada kualitas pendidikan di Indonesia yang masih kurang baik dan merata.
"Coba aja lihat kondisi sekarang, setiap kebijakan mendikbud selalu menuai kontroversi. Karena semua serba tiba-tiba dan tidak ada cetak birunya," jelas Indra.
Karena itu dia meminta agar pemerintah pusat bisa merumuskan cetak biru pendidikan di Indonesia. Hal itu dinilai penting, agar pemerataan kualitas pendidikan dan penguatan karakter bangsa bisa terwujud dengan cepat.
Sebelumnya, seorang siswa kelas 6 SD di Kabupaten Garut berinisial FNM (12 tahun) tewas dengan luka sabetan benda tajam. FNM diduga tewas setelah berkelahi dengan teman sekelasnya.
"Jadi HKM ini kehilangan buku kemudian keesokan harinya (Sabtu 21/7) buku yang hilang tersebut ada di bawah meja belajar FNM. Selepas pulang sekolah, HKM menuduh jika FNM yang mencuri bukunya sehingga menimbulkan pertikaian dan berujung kematian FNM," kata Kapolsek Cikajang AKP Cecep Bambang kepada wartawan, Selasa (24/7).