REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tengah menyiapkan materi dan konsep baru untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Konsep dan materi tersebut akan dibuat agar siswa mampu dan siap menghadapi revolusi industri 4.0.
"Selama ini dari segi keilmuan TIK belum terdistribusi dan tergambarkan secara jelas kepada siswa. Maka dari itu kami sedang mengkaji khusus dari keilmuannya agar lebih baik," kata Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk) Kemendikbud Awaluddin Tjalla saat dihubungi Republika.co.id, Ahad (5/8).
Namun dia belum bisa menyebut kapan materi baru tersebut akan rampung. Sebab menurut dia, persiapan materi dan konsep baru untuk mapel TIK harus benar-benar digodok, lalu diujicobakan hingga nantinya divalidasi.
"Sisi regulasinya, pedomannya, belum lagi kita bikin aturan soal jam pelajaran, guru pengajar kan semuanya harus dikonsep dengan jelas," kata Awaluddin.
Dia menyebutkan, nantinya memang mapel TIK tidak akan diwajibkan dan hanya diperbolehkan bagi sekolah yang siap. Artinya, sekolah tersebut siap terkait guru dan sarana prasananya. Dia menyebutkan, kedua poin tersebut dinilai penting dan menjadi acuan utama kesiapan sekolah untuk mengajarkan mapel TIK.
"Coba dilihat sekarang kan banyak SMK yang tidak memiliki tempat praktek. Dan itu kan hanya menambah pengangguran, jadi tergantung pada kesiapan sekolah," tegas dia.
Di sisi lain, dia juga mengaku bahwa saat ini jumlah guru TIK se-Indonesia sangat minim yaitu hanya 40 ribu guru, yang terdiri dari guru PNS dan non-PNS. Sedangkan guru TIK yang tersertifikasi hanya sekitar 20 ribu guru, bahkan guru yang linier masih sedikit.
"Kebutuhan guru TIK kita juga besar, terutama yang sudah tersertifikasi dan linier. Karena banyak guru TIK tersertifikasi tapi tidak linier," jelas dia.
Untuk itu, menurut Awaluddin, selain sedang menyiapkan konsep dan materi baru, Kemendikbud juga akan memetakan linieritas guru tersebut. Sehingga nantinya guru-guru TIK yang mengajar di sekolah benar-benar mampu mencetak generasi bangsa yang berkualitas, bukan malah menghasilkan pengangguran.