Sabtu 11 Aug 2018 09:14 WIB

Indonesia Pede akan Juara 1 Bidang Publikasi Ilmiah di ASEAN

Selisih jumlah publikasi Indonesia dan Malaysia hanya sekitar 683 publikasi saja.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Dwi Murdaningsih
Jurnal Ilmiah. Ilustrasi
Foto: scientificjournal.com
Jurnal Ilmiah. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yakin akan menempati posisi pertama publikasi ilmiah terbanyak se-Asia Tenggara pada tahun 2019 mendatang. Terlebih, saat ini selisih jumlah publikasi Indonesia dan Malaysia hanya sekitar 683 publikasi saja.

"Saya yakin tahun depan publikasi internasional dari Indonesia akan menempati posisi pertama di Asia Tenggara," kata Menristekdikti Mohammad Nasir di acara Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) di Pekanbaru, Riau, Sabtu (11/8).

Nasir mengatakan, saat ini Malaysia masih menempati urutan pertama publikasi ilmiah yang terindeks Scopus di Asia Tenggara dengan jumlah 17.211 publikasi. Sedangkan, jumlah publikasi ilmiah Indonesia yang terindeks Scopus menempati posisi kedua sebanyak 16.528 publikasi. Dan ketiga ditempati Singapura dengan jumlah 12.528 publikasi.

Capaian ini, dikatakan Nasir, karena selama tiga tahun terakhir pemerintah telah menyederhanakan regulasi bagi para peneliti. Termasuk dalam hal pertanggungjawaban pemerintah.

"Kini penanggungjawaban penelitian berbasis hasil, bukan lagi hanya hitungan anggaran," kata Nasir.

Target Indonesia untuk menempati posisi pertama jurnal ilmiah terbanyak di Asia Tenggara juga semakin mantap karena ditopang dengan kebijakan yang mendukung peneliti untuk mempermudah riset. Salah satunya dengan terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) 38/2018 tentang Rencana Induk Riset Nasional.

Dalam peraturan tersebut, pemerintah telah mengarahkan peneliti untuk fokus pada 10 bidang penelitian sesuai dengan RIRN. Yaitu sektor pangan dan penelitian, kesehatan dan obat-obatan, teknologi komunikasi, transportasi, nano teknologi, pertahanan, energi terbarukan, maritim, penanganan bencana serta sosial humaniora dan kebudayaan.

"Dengan begitu, riset-riset kita akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan industri," tegas Nasir.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement