REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pemerintah Provinsi Bali akhirnya meluncurkan pembelajaran kelas maya bernama Jejaring Jelajah Kreativitas Bali (Jejak Bali). Ini adalah sistem pembelajaran berbasis teknologi informasi (e-learning) besutan Dinas Pendidikan Provinsi Bali.
"Kelas maya ini memanfaatkan teknologi, sehingga siswa bisa belajar di luar jam sekolah, memilih mata pelajaran yang dikehendaki, dan memilih gurunya, meski pun berbeda sekolah," kata Pastika di Denpasar, Senin (27/8).
Pastika mengatakan kelas maya ini ke depan tidak akan memengaruhi pembentukan karakter siswa, justru memantapkan pembelajaran ilmu pengetahuan bagi para siswa. Siswa tak lagi dibatasi ruang, waktu, dan tenaga pendidik. Pembentukan karakter tetap dilaksanakan penuh saat jam pelajaran di dalam kelas.
"Guru mempunyai lebih banyak waktu membentuk karakter siswa di dalam kelas, sementara pembelajaran bisa dipadatkan di kelas maya ini kapan saja dan di mana saja," ujar Pastika.
Teknologi kelas maya ini, dinilai Mantan Kapolda Bali ini bisa membangun demokrasi. Ini karena sistem ini tidak hanya bisa dinikmati sekolah-sekolah dengan infrastruktur lengkap di perkotaan, namun bisa hingga sekolah-sekolah pelosok dengan berbagai media. Pastika mencontohkan sekolah-sekolah di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar akan sama dengan sekolah-sekolah di Nusa Penida dan Karangasem.
Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan dan Kebudayaan di Kementerian Pendidikan, Gogot Suharwoto mengatakan program kelas maya di Bali ni sejalan dengan program pemerintah pusat untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Pembalajaran kelas maya merupakan langkah besar menentukan arah pembangunan sumber daya manusia (SDM).
"Teknologi sekarang sudah masuk ke semua sektor begitu cepat, sehingga dunia pendidikan pun harus bisa mengikuti," katanya.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Bali, Tjokorda Istri Agung (TIA) Kusumawardhani memaparkan pemerintah Provinsi Bali saat ini membawahi 328 sekolah dari 333 SMA dan SMK seluruh Bali. Jumlah tersebut terdiri dari 129 SMA dan SMK Negeri, serta 199 SMA dan SMK Swasta. Dari jumlah sekolah yang terdaftar itu, ada 5.133 guru dan 29.670 siswa.
"Kami sudah buatkan 15.721 kelas maya," katanya.
Pembelajaran e-learning, kata Kusumawardhani dapat mengubah prinsip pembelajaran dari yang awalnya guru sebagai satu-satunya sumber belajar, menjadi belajar berbasis banyak sumber. Siapa saja bisa menjadi guru, dan siapa saja bisa menjadi peserta didik.