Rabu 05 Sep 2018 01:35 WIB

Siswa SMA Buat Alat Pengunci Antimaling

Kunci ini dibuka menggunakan Android.

Pengunjung mengambil alas kaki pada loker kaca di Masjid Nurul Hidayah, Jakarta, Senin (1/9). (Tahta aidilla/Republika.)
Foto: Tahta Aidilla/Republika.
Pengunjung mengambil alas kaki pada loker kaca di Masjid Nurul Hidayah, Jakarta, Senin (1/9). (Tahta aidilla/Republika.)

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO --  Siswa kelas 11 SMA Muhammadiyah Dua (Smamda) Sidoarjo, Jawa Timur berhasil menciptakan karya yang diberi nama s-lockdroid (smart locker based on android). Alat pengunci otomatis ini diklaim sebagai alat antimaling.

"Ini merupakan alat pengunci otomatis dengan memanfaatkan android sebagai media untuk membuka atau menutup sebuah loker," kata Kepala Sekolah Smamda Wigatiningsih di Sidoarjo, Selasa (4/9).

Ibrahim Muhammad selaku pembuat karya tersebut mengatakan, ia bersama dengan dua rekannya yang lain yakni Ikhklash Rahmani Yuri dan Khanza Auliafanda Taufani terinspirasi membuat alat ini karena sering kehilangan kunci. "Dengan alat ini maka tidak diperlukan lagi kunci karena untuk membuka dan menutup kunci cukup dengan menggunakan sistem android pada telepon pintar yang dimiliki," katanya.

Cara aksesnya, ujar dia, cukup mudah, yakni dengan melakukan login dan mengisi alamat email, maka kunci loker sudah bisa dibuka. Alat ini, tidak hanya bermanfaat untuk membuka loker saja, tetapi juga bisa dilakukan untuk mengetahui isi dari loker tersebut.

"Tidak menutup kemungkinan bisa digunakan untuk media yang lain seperti kunci rumah atau juga kebutuhan lainnya," katanya.

Dia membuat alat ini dengan kisaran biaya sebesar Rp 400 ribu. Perangkat yang dikerjakan dalam kurun waktu tiga pekan ini akhirnya berhasil menyabet juara 1 tingkat nasional di ajang Amikom ICT Award (Amicta) di Yogyakarta beberapa waktu lalu.

"Kami berharap karya kami ini bisa dikembangkan dan terus digunakan sebagai aplikasi dalam kehidupan sehari-hari," ujarnya.

Kepala Sekolah Smamda Wigatiningsih mengatakan, pihaknya bersyukur jika siswanya ini bisa memanfaatkan teknologi dengan baik, sebagai upaya menghadapi bonus demografi di tahun 2020 mendatang. "Anak-anak dituntut mampu memanfaatkan teknologi dengan baik, karena ke depan segala kebutuhan juga berdasarkan pada teknologi, khususnya yang berbasis internet," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement